Sabtu, 27 Desember 2008

Perusahaan Collaps

Dear Blogers,

Ada sebuah Perumpamaan, agar manusia berfikir.

Seorang Pemilik Perusahaan. Ia menitipkan operasional perusahaannya pada sebuah team managemen yg terdiri dari jajaran direksi yg handal dan jajaran manager yg profesional. Seraya waktu berjalan, Team managemen menjalankan roda usaha dengan berbagai dinamikanya. Namun sayangnya, perusahaan berjalan kearah yg tidak diinginkan Pemilik. Kinerja merosot dan managemen tidak lagi solid, para executive hanya mementingkan jabatan dan kekuasaan.


Keadaan di Perusahaan kacau, korupsi merajalela, penganiayaan dari klas yg berkuasa atas pegawai yg lebih rendah klasnya, serta terjadi gap yg besar antara klas direksi dan managemen dengan klas pegawai umum atau rendahan. Para direksi penguasa hnya memanfaatkan kesempatan, ia dapat mengambil keuntungan buat dirinya. Para direksi penguasa tidak hanya mengeksploitasi pegawai rendahnya, ia pun senantiasa berbuat curang, melakukan pengrusakan, dan tak peduli atas keuntungan perusahaan tempat ia bekerja, karena yg penting adalah kepentingan pribadi dan golongan atau klasnya, genknya.


Meskipun setiap Senin pagi, mereka menyanyikan lagu kebesaran sang Pemilik. Menyebut nama sang Pemilik, "Pemilik Akbar ! Pemilik Akbar!", bahkan tidak jarang mereka berbicara kepada karyawan lain atas nama Pemilik – dalam situasi yg diperlukan, seolah2 kebijakan itu adalah dari sang Pemilik. Padahal, hukum dan aturan mereka sendiri yg buat. Kebijakan dan ketetapan, mereka sendiri yg merumuskan.


Tak ada pengabdian kepada Perusahaan, apalagi kepada sang Pemilik. Tak ada sedikitpun kebijakan yg berpihak kepada ekspresi pengabdian tersebut. Bahkan pengabdian itu sendiri sudah menjadi kosa kata untuk para looser dan orang bodoh. “Buat apa di zaman seperti ini ada pengabdian?, yg terpenting kita senantiasa menyebut namanya dan mengagungkannya”, begitu kira2 pikiran mereka. Padahal mereka lupa, bahwa perusahaan tempat mereka bekerja, tempat mereka mencari nafkah untuk anak isterinya, tempat mereka hidup, adalah pemberian dari sang Pemilik Perusahaan. Sang Pemiliki-lah yg memberikan mereka hidup. Pemilik hanya di agung2kan dan disembah, sedangkan mereka hidup semau aturan sendiri.


Ketika sang Pemilik Perusahaan sudah merasa perlu bertindak karena kerusakan men-jadi2, Perusahaan Colaps, Dia mengirim para 'Utusannya' untuk mengambil alih perusahaan yg dibuatnya itu, yg telah disalah operasikan oleh para managemen perusak. Para utusan ini tidak membawa bukti apa2 kecuali pengetahuan tentang perusahaan dan tatanan cara mengurus perusahaan yg benar, yg tidak terbantahkan oleh siapapun termasuk oleh para team managemen perusak tersebut. Namun para team managemen itu bersikap sombong dan anti klimaks. Sebagian utusan itu mereka bunuh, sebagian lagi mereka aniaya, dan sebagian lagi mereka usir, mereka lemparkan jauh2 keluar dari halaman Perusahaan.


Kemudian sang Pemilik mengirim lagi Utusan2 yg lain, namun mereka semua bernasib sama. Sampai pada batas waktunya, sang Pemilik akan mengirimkan orang istimewa, yakni anak-didik nya sendiri, yg telah memiliki kesadaran sama persis dengan kesadaran Pemilik, mengetahui benar keinginan sang Pemilik, dan berhati lurus, konsisten atas perjanjian dengan sang Pemilik yg sudah seperti Bapaknya sendiri.


Anak-didik ini membawa ilmu sang Pemilik. Ilmu tentang cara mengelola Perusahaan dengan benar. Ilmu tentang managemen dan konsep Perusahaan dari sang Pemilik. Konsep inilah yg ditakuti para managemen sombong. Karena konsep ini mengancam eksistensi kecurangan mereka di Perusahaan. Jabatannya bisa tergeser. Kecurangannya terbongkar. Sebagai utusan sang Pemilik, anak-didik berupaya se-keras2nya untuk memperjuangkan berlakunya konsep tersebut. Karena konsep tersebut adalah visi sang Pemilik Perusahaan.


Pada gilirannya, anak-didik akan menguasai Perusahaan, dan para managemen sombong itupun dapat ditundukkan. Sebagian memohon maaf, dan atas nama sang Pemilik yg maha pemurah, permohonan maaf akan dibukakan oleh anak-didik yg menjadi utusanNya. Pintu amnesti nasional selama tiga bulan akan diberikan kepada siapapun, penghianat Pemilik sekalipun.


Singkat kisah, setelah Perusahaan di miliki kembali oleh para utusan sang Pemilik, maka Perusahaan yg tadinya Colaps, berjalan tak tentu arah, berubah menjadi Perusahaan yg baik, berjalan sesuai dengan kinerja baku managemen, dan mengarah sesuai dengan keinginan sang Pemilik. Inilah yg disebut dengan Perusahaan Sempurna, Perusahaan Surga.


Kenapa dinamakan Perusahaan Surga? Karena seperti didalam kebun yg subur. Meskipun para utusan dan penerusnya hidup makmur dalam kurun waktu yg cukup lama, namun suatu saat, para penerus utusan akan kembali menjadi jajaran managemen yg menyimpang. Kenapa menyimpang, karena para penerus memiliki bibit kesombongan. Kesombongan untuk mengatur tatanan dengan cara dan keinginan sendiri, meras lebih baik dari pendahulunya, hingga hukum dan aturan baku sang Pemilik, sedikit demi sedikit dimodifikasi. Itulah saat dimana penerus melanggar aturan baku Perusahaan dari sang Pemilik, yakni memakan makanan dari pohon yg dilarang.


Cerita ini bukanlah ramalan, bukan juga dongeng, melainkan nubuah. Nubuah adalah suatu yg akan terjadi – berdasarkan sesuatu yg pernah terjadi. Bahasa Arabnya Sunatulloh. Bahasa Indonesianya, Tradisi Tuhan. Dalam Sunatulloh, atau Nubuah, atau Tradisi Tuhan, segalanya tak kan pernah ada yg berubah. Berulang dan selalu berulang. Demikian dan akan selalu demikian.


Salam
aca

Tidak ada komentar: