Sabtu, 27 Desember 2008

Tuhan sebagai Kacung

Dear Blogers,

Hanya kepadamu kami mengabdi, dan hanya kepadamu kami minta petolongan.

Ini sebuah kalimat kritis yg merupakan hubungan sebab akibat.
Sebuah pernyataan yg syarat akan makna. Dimana letak maknanya?

Letaknya adalah pada hubungan antara kata mengabdi dan kata pertolongan.
Baik ‘pengabdian’ maupun ‘pertolongan’, keduanya berhubungan,
keduanya terkait sebab akibat. Ada semacam jual beli antara kita denganNya.
Seperti hukum permintaan dan penawaran. Seperti pemberian dan pengasihan.

Banyak orang beranggapan Tuhan memberikan kasih sayangnya cuma2, gratis.
Karena Tuhan Maha Kasih, atau Maha Pengasih, juga maha penyayang.

Saya mengkritik pengertian ini.
Tidak ada polmaners.
Tuhan tidak memberikannya begitu saja tanpa kita memberi sesuatu kepada Dia.
Dia mengharapkan sesuatu kepada kita.

Ada sebuah tujuan kenapa Dia menciptakan kita.
Ada permintaan dari Dia. Itulah permintaan pengabdian kepadaNya.
Banyak orang salah mengira, mereka fikir apapun yg kita lakukan Tuhan akan
tetap baik dan sayang. NO WAY. Ini sebuah paralax.
Saya berani mempertanggung jawabkan pernyataan ini.

Salah satu penyebab paralax ini adalah sifat manusia yg selalu menilai segala
sesuatu dengan esensi materialistis, kebendaan, dan kenikmatan sesaat.
Hingga banyak orang mengira, ketika ia dapat lotre, mereka katakan berkah dari Yg diatas,
Ketika mereka dapat proyek, mereka katakan rejeki dari sang Pencipta,
atau ketika seorang mendapat kenaikan jabatan, sugestinya menyimpulkan sebagai anugerah.

Sedikit2 materi yg datang, karuan saja mereka katakan berkah dari Tuhan.
Apa2 saja yg sifatnya keuntungan, langsung menganggap Tuhan sayang sama dia.
Saya ulangi lagi, BUKAN. Tak ada hubungannya sama sekali.

Inilah kesalahan orang dalam mengerti sebuah mekanisme Tuhan.
Seolah Tuhan tidak membuat sebuah mekanisme alam.
Seolah Tuhan ikut campur ketika ban mobil kita tiba2 kempes.
Atau seolah Tuhan ikut campur ketika seorang tiba2 datang memberikan hadiah/pemberian.
Tuhan seperti ikut campur pada hilangnya Adam Air.
Orang yg berpemikiran keuntungan materi adalah karena Tuhan sayang,
akan otomatis ber-pemikiran yg sama terhadap bencana atau kerugian.
Hingga Tuhan sering dipersalahkan atas setiap bencana, bukan crue atau managemen buruk Adam Air.
(baca : “Tuhan Penjahat No 1”-red)

Tidak saudara. Bagaimanapun, Tuhan telah membuat hukum alam.
Hukum gravitasi yg bekerja pada benda2 hingga selalu jatuh ketanah.
Hukum yg mengatur ekosistem, hukum mangsa dan predator pada binatang,
dan hukum alam sosial yg berlaku pada hubungan antara manusia.
Hukum negatif dimana yg malas akan tertinggal oleh yg rajin.
Hukum positif yg sungguh2 dan ulet akan unggul terhadap yg setengah2.
Hukum seleksi alam benda2, dan hukum seleksi alam sosial.

Sebuah hukum lagi yg banyak manusia tidak tahu, hukum jual beli.
Bukan terhadapa manusia, melainkan berjual-beli denganNya.
Itulah hukum Pengabdian dan Pertolongan.

Hari ini, Tuhan hanya dimintakan tolong.
Sedikit2 kesulitan – minta tolong Dia,
Sedikit2 kerugian – minta untung dari Dia,
Sebentar-sebentar kendala – bedoa sepanjang-panjangnya.
Padahal, dia belum pernah memberikan pengabdian yg memadai.
Seolah Tuhan adalah asistennya untuk menyelesaikan segala kendala suksesnya.


Salam
aca

Tidak ada komentar: