Senin, 10 Agustus 2009

Karena Baik atau Karena Taat (949)

Bloggers, pertanyaan yg kerap muncul, apakah orang2 bisa jadi taat kpd peraturan karena mereka itu adalah orang2 baik, ataukah karena mereka taat karena peraturan itu tegas dan terimplementasi dengan baik?

Pertanyaan ini menjadi polemik yg tidak tuntas, menjadi tak terjawab bagi masyarakat bangsa kita maupun sosiolog dan pengamat sosial yg ahli sekalipun. Padahal, baik sejarah maupun kenyataan sosial diluar negeri yg ada hari ini bisa menjawabnya.

Baiklah, kita jajaki kenyataan sosial di LN hari ini. Sebagai contoh Singapore. Negeri kecil yg begitu bersih dan teratur. Tak ada sampah yg berarti dimanapun dapat kita jumpai. Demikian memukaunya kebersihan di negara itu. Mengapa demikian bersihnya?

Jawabnya karena di negara itu ada sangsi yg begitu keras terhadap siapapun yg membuang sampah sembarang. Gak kira2, buang puntung rokok dijalan saja bisa kena denda 400 USD.

Denda ini bukan isapan jempol, melainkan nyata. Semua fungsi kontrol aparatnya jalan buat menjaga peraturan itu. Tidak seperti peraturan pemda DKI yg pernah sempat gencar dengan meniru negeri dengan stiker denda Rp 100.000 bagi yg membuah sampah sembarangan yg prakteknya tak ada seorangpun yg kena denda lantaran tidak adanya fungsi kontrol.

Tak hanya membuang sampah, lalu lintas pun begitu ketatnya. Sampai demikian sulitanya untuk mendapatkan SIM disana. Sangat berbeda dengan pembuat SIM disini yg 100% lulus ujian SIM.

Negeri itu tak hanya ketat dalam kebersihan maupun lalu lintas, namun hal2 lain yg terlihat maupun tidak terlihat begitu teraturnya. Istilah orang, begitu well organize.

Apakah orang Singapore adalah orang yg memang pada dasarnya bersih dan tertib berlalulintas. No way. Tidak saudara. Semasa awal Lee Kwan Yu memimpin, Singapore adalah negera penuh sampah. Sungainya penuh limbah. Dan segalanya berantakan.

Peraturan yg dibuat Lee Kwan Yu lah yg menyebabkan suka atau tak suka, masyarakatnya harus berhati2 dalam membuang sampah. Peraturan itulah yg membentuk masyarakatnya. Bahkan kata mereka tanpa rasa malu, konon kakek dan nenek mereka dahulu adalah bangsa yg jorok luar biasa.

Bloggers bisa melihat bahwa seorang Lee dapat mengubah sebuah masyarakat. Lee tak melakukannya seorang diri, namun ia dibantu aparat dan penegak hukumnya. Namun tetap saja Lee lah yg membimbing semua fungsi2 kontrolnya.

Sejarah ribuan tahun juga membuktikan, dari seorang Ibrahim, ia membina anak2nya menuju kepada pengabdian tunggal yg Tauhid. Membangun tatanan bangsa Israel secara aqidah, hingga pada waktunya, salah satu keturunannya berhasil manjadikan peraturan itu hukum tunggal yg berlaku buat bangsa Israel pada sebuah negeri. Darussalam atau Jerusalem merangkak, berdiri dan berlari. Menjadi sebuah negeri yg dewasa dengan tatanan dan peraturan Tuhan.

Sejarah juga membuktikannya kepada Isa atau Jesus. Sayang, catatannya sejarahnya tak lengkap.

Sejarah juga mencatat Muhammad, sebagai seorang Founding Father sebuah tatanan masyarakat Madinah, negeri yg juga merangkak berdiri, berkembang dewasa dan dengan cepatnya berlari. Tatanan yg dibangun tanpa unsur musyrik, negeri yg dibangun berdasarkan satu tujuan pengabdian, pengabdian kepadaNya saja, tatanan dan hukumNya saja. Itulah Darussalam zaman berikutnya.
So, peradaban dibentuk individunya ataukah individu adalah produk dari peradaban?

Salam
aca

Tidak ada komentar: