Selasa, 30 Juni 2009

Persimpangan Abraham (944)

Dear Bloggers, Apa kabar?
Siapapun ingin mencari jalan Tuhan. Disini kita berdiskusi, mengeluarkan pendapat, melontarkan argumentasi. Karena diskusinya menyangkut agama, tak dapat dipungkiri, akhirnya kita mau gak mau jadi ngomongin agama2 itu sendiri.

Baiklah, kita coba keluar dari lingkaran itu.
Kita coba cari sebuah persamaan. Persamaan dari kita semua. Saya menemukan persimpangan itu. Persimpangan itu adalah Abraham. Tak ada satu umatpun yg menolak Abraham sebagai panutan. Bangsa Israel dan Musa merujuk kepada Abraham.

Umat Nasrani dan Jesus juga merujuk kepada Abraham.
Demikian juga dengan Muhammad, seringkali dan berulang2 menyebut nama Abraham. Abraham, adalah sebuah persimpangan besar. Bokapnya Ishaq, bokapnya Ismail, kakeknya Lewi, buyutnya Musa dan Yehuda, moyangnya Jesus, dan moyangnya Muhammad juga. Jika sampai disini saja anda tolak,,,.. yach.. mo ngomong apa lagi ye gue. Mending ente balik lagi aje dulu baca Qur'an lagi dech,.,. kebet2 lagi,, buka lagi tuch Perjanjian Baru surat Matius yg ada perkataan Jesusnye 'aku datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi aku datang adalah untuk menggenapinya'. Baca lagi dech Kitab Perjanjian lama cerita tentang Abraham.Nach... bro,.,. jika anda gak nolak,,.. mangga dipikir,.. kunaon urang geulut?! Kunaon Yahudi asa pang jagona. Karesten pang benerna, Islam pang umat terbaikna. Sementara, para utusan (saya males nyebut nabi) saling membenarkan dan mengkonfirmasi. MIKIR ATUUUCH ... MIKIIIIIIIRRRRR... !!! (raut muka serius sembari mata melotot tea).

Gue rasa ada yg kagak beres. Gak beresnye kite2 udeh pade gak becus baca Alkitab.
Kite udeh ngejadiin Alkitab bukan sebagai petunjuk dari para utusan.

Kite niyyy,,, bukan ngartiin Al-Qur'an buat petunjuk idup, tapi buat mantra doang. Ayat2 Qur'an dipake buat ngobatin orang kesurupan. Artinye ,,, boro2 ngarti tuch hurup Arab keriting. Padahal,,, 'dza likal Kitabu La royba fiyhii, Hudan Lil Muttaqin, Kitab yg tak ada keraguan buat petunjuk bagi orang yg taqwa. Jadinye ye begi ni nihhh... komat-kamit gak karuan biar dapet pahala cuma ngucapin bunyi2an doank. Kayak mantranya Ki joko bodo, "hoong wi la heeng.. hoong wilaheeng,, jompa jampu pinjal tumane asyu".

Hasilnye yang ente liat sekarang, "ALLAHU AKBAR"... BAKAAAR !! SERAAANG!! HANCURKAAAAN !!! HAJAAAAR !!!Padahal,,... Abraham, Ibrahim, Ubrahum, Ebrahum, ngajarin sebuah pesan yg sama. Pesan abadi yg diajarkan pada setiap utusan. Bahasa Ibraninya " wes ewes ewes... "(gue kagak tau), Bahasa Arabnya "Hablum Minalloh Wa hablum minannaas", Bahasa Indonesianya "cintailah Tuhanmu dengan sepenuh hati, dan cintailah orang lain seperti kamu mencintai dirimu sendiri".

Lambangnya, garis Vertikal, dan garis Horizontal.
Lambang lainnya, Bintang (sistem tatasurya lain) dan bulan (sistem tatasurya yg sama).

Ane bukan ngajarin toleransi antara umat beragama, wuong utusan2 saling membenarkan, bukan mentoleransi. Ane juga kagak ngajarin sinkretisme agama, buat apa di-sinkretisme-in barang yg sama. Yg ane ungkapin, kite2 niy udah pade ketipu ama Kabut2 putih, si Arab gebleg dan si Pastur bule penipu. Tipuan orang2 Arab yg bilang diluar agama orang Arab masuk norake. Tipuan Pastur dengan statemennya bahwa siapa yg gak percaya kepada Tuhan Jesus masuk norake.

(hiks,.,.. koq ane jadi kayak mareh2 ye...)
he3...

Salam
aca

Konsep Tauhid dan Trinitas (943)

Konsep Allah SWT dan Trinitas?! WUIIH .. SERU NEECH ..
Allah Subhanahu Wata 'Ala artine yo Allah diatas segalanya.
Allah sebagai pucuk yg diatas.

Jangan Lupa, ada pucuk tengahnya. opo iku ??Yo Risalah Allah, Wahyu Allah. Rasululloh adalah Wakil Allah, Jubirnya Allah. Tidaklah pernah Allah berbicara langsung kepada kita kecuali melalui perantaraan Rasul2nya. Semua Rasul adalah jurubicara Allah. Namanya juga Rasululloh, Pembawa Risalah Allah.

Dan jangan lupa juga, ada pucuk bawahnya. Sopo iku ?Yo Naas. Boso Indonesiane manusia. Yo kita. Kita, anak manusia adalah pucuk yg paling bawah. Tugasnya Rasul apalagi kalau bukan menyampaikan pesan2nya Allah kepada manusia. Itulah konsep Allah, Risalah Allah, dan Umat. Sayangnya, orang arab dan pengikutnya suka lupa. Mereka pikir yg namanya Rasululloh cuman Muhammad doank. Dan yg dapetin Risalah Allah cuman umat Muhammad doank. Padahal yg nama belakangnya doang khan cuma Dick Doang.

Ibrahim, Musa, Isa gak dimasukin. (mungkin karena mereka bukan berasal dari Arab kali yak). Padahal berkali2 Muhammad bilang, "Hadza suhufil uwla, suhufi Ibrohima wa Musa" (Inilah ajaran dari zaman baheula, ajarannya Ibrahim dan Musa).

Konsep Tauhid adalah konsep Allah sebagai MALIK (RAJA), Wahyu atau Risalah atau firman Allah sebagai RUH nya, NAS /manusia sebagai budak/abdi nya.

Begitu juga didalam Al-Kitab. Allah sebagai pengantin laki2nya. Roh Kudus sebagai konsep kesadaran jiwa yg menghidupkan, dan umat manusia sebagai pengantin perempuannya. Sungguh menjadi aneh buat saya jika anda mem-versus kan dua hal yg sama. Konsep Tauhid tidak pernah berdiri sendiri. Allah sebagai Pencipta tentu ada Mahluk yg diciptanya.

Begitu juga halnya dengan Tuhan Allah sebagai Bapa dan kita sebagai anak. Ini adalah bahasa perumpamaan dari Alkitab. Orang arab suka ngetawain perumpamaan Bapa anak seperti ini, padahal Al-Qur'an sendiri penuh dengan bahasa perupamaan.

Perumpamaan lain didalam Alkitab adalah Allah sebagai pengantin laki2 sedangkan Jerussalem (umat Jerussalem) sebagai pengantin perempuan. Ini juga dirasa aneh. Padahal, sekarang saya tanya... kenapa kata ganti Allah dalam bahasa Arab adalah HUA (dia laki2), sedangkan kata ganti umat adalah HIYA (dia perempuan)? hayooo loooo....

Jawaban ini baru bisa anda tahu lewat Alkitab.

Yesaya 61:10 Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya.

Yeremia 22:2 "Pergilah memberitahukan kepada penduduk Yerusalem dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya.

Baiklah, kita kembali ke laptop,.. Tapi yg mesti kita ungkap disini adalah pucuk tengahnya yakni RUH (dalam Al-Qur'an) atau ROH KUDUS didalam Alkitab. Baik Ruh maupun Roh kudus bukanlah Roh nyawa. Ruh atau Roh Kudus didalam Al-Qur'an maupun Alkitab adalah Konsep kesadaran berdasarkan Firman/Wahyu. Sebuah konsep yg diajarkan para utusan (saya he3... malez nyebut nabi). Ruh atau Roh kudus adalah Wahyu itu sendiri. Wahyu bukanlah tulisan, bukan juga bunyi, namun ia adalah sebuah pemahaman. Anda bisa lihat Qur'an nya satu penafsirannya macam2. Anda bisa lihat Alkitab nya satu konsep pemahamannya beragam.

Lantas dimanakah Ruh atau Roh Kudus itu?he3... kantongin aja dulu pertanyaan itu yee...Yg penting, coba anda buka Matius dan Kisah Para Rasul, substitusi kata Roh Kudus dengan "konsep Ilahiah atau konsep kesadaran berdasarkan firman Allah", niscaya hasilnya yahud (pake 'd'). Banyak banget ayatnya,, coba dech substitusi sendiri. Cuma Matius 1:20 yg akan membuat anda bingung, sptnya gak pas, karena ada Maryam disitu. Dimanakah letak dan posisi Maryam? he3... Untuk yg ini, penjabarannya panjang lagi ,, jangan sekarang kalee (logat abege).

Kalau di Qur'annya :An Nahl 102. Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." Saya kira Ruhul Qudus bukanlah Jibril, melainkan sesuatu yg dibawa oleh Jibril itu sendiri.

Itulah konsep Trinitas. Tuhan Bapa, Roh Kudus, Anak.
Allah, Ruhul Qudus, dan Umat.

Jadi... kiranya tak perlu membandingkan dua hal yg sama lagi ya...
Kalo masih juga,, entar kelakuan kita bisa jadi serendah ef-pe-i.

Salam
aca

Senin, 29 Juni 2009

Gagasan Baru selalu Gila (942)

Dear Bloggers,

Tahukah anda apa penilaian orang banyak terhadap seorang tokoh besar pada zamannya? Jangan beranggapan nama besar akan selalu saja didapat dari ‘orang besar’ begitu saja, belum tentu bung. Belum tentu mereka mendapat sambutan dan dukungan begitu saja. Belum tentu masyarakat mendukung begitu saja. Belum tentu orang banyak langsung menyambut usahanya.

Namanya juga orang banyak, perilakunya ya seperti ilalang, bergoyang kemana arah angin bertiup. Dari mulai Thomas Alva Edison sampai kepada Alber Einstein, para pemikir radikal ilmu alam, adalah orang2 yg dianggap tidak waras oleh orang banyak ketika pertama kali mereka melontarkan gagasannya. Edison, penemu lampu pijar yg terangnya kita rasakan sampai hari ini, mendapatkan hasil penemuannya setelah percobaan yg kesekian ribu kalinya. Saat itu, ia dianggap orang sebagai anak muda yg terganggu jiwanya dikarenakan kegiatannya yg sering menyendiri lantaran meneliti.

Kasusnya sama dengan Einstein yg mengajukan gagasan relativitas. Nothing absolut, tiada yg bisa dijadikan besaran tetap, karena segala ukuran bergantung kepada patokan tertentu, termasuk ukuran waktu. Apalagi gagasan bahwa waktu pada benda yg bergerak tidak absolut, melainkan bergantung pada kecepatan bergeraknya. Ini menyebabkan waktu yg berjalan terhadap benda bergerak tersebut adalah relative lebih lambat dibanding waktu yg berjalan pada benda diam. Akibat gagasannya, ia pn mendapat predikat yg sama dengan Edison, sang gila.

Galileo Galilei, adalah tokoh yg mendapat julukan sama. Ia dan Copernicus, pendahulunya, sama2 mengajukan gagasan bahwa bukan bumi sebagai pusat alam semesta. Teorinya tentang matahari sebagai pusat atasurya menuai kecaman bahkan mereka mendapatkan hukuman. Galileo di hukum tahanan rumah dan Copernicus dihukum mati. Salah seorang murid Copernicus, Geordano Bruno dibakar hidup2.

Sejarah sering membuktikan, bahwa gagasan seseorang yg berbeda dengan pendapat orang banyak, sering membuahkan nasib buruk kepada mereka. Masih untung Edison dan Einstein dapat membuktikannya hingga ia dianggap manusia dan tokoh yg sukses. Mereka mendapat penghargaan itu sebelum hukuman dari masyarakat jatuh kepadanya. Namun pada kasus2 lain, sering seorang pembebas manusia dari kebodohan baru menjadi tokoh dan orang besar setelah matinya. Semasa hidupnya, mereka hanya dianggap orang gila, karena pembuktiannya belum tuntas, namun hukuman masyarakat terlanjur datang.

Para tokoh pintar penemu sesuatu yg membebaskan manusia dari kebodohan science, adalah para pejuang ilmu pengetahuan. Mereka adalah para pejuang kebenaran ilmu, para penemu hukum Tuhan yg berlaku pada alam fisika.

Sama halnya dengan pelaku alam sosial, para penemu hukum Tuhan untuk alam manusia. Mereka juga bernasib sama. Disebut bid’ah, sesat dan menyimpang. Orang2 besar penemu hukum Tuhan untuk manusia juga bukan begitu saja disambut pada awalnya. Mereka kerap dimusuhi dan ditekan. Rumusnya selalu saja ada dua golongan penekan, golongan pemuka agama dan golongan penguasa.

Lho,, mengapa golongan pemuka agama memberikan tekanan?
Alasannya adalah karena jelas golongan agama merasa bahwa merekalah para penyandang urusan dengan Tuhan. Tiada tempat untuk sesuatu yg berbeda, karena akan berbeda pula dengan bangunan konsep keimanan yg mereka punya. Jika gambar bangunan konsep keimanannya beda, pada gilirannya akan merongrong konsep mereka, orang banyak bisa terpengaruh, dan kewibawaan maupun posisi mereka bisa terancam. Sejarah membuktikan bahwa golongan yg selalu membunuh gerakan2 pembaharu dan konsep yg berbeda adalah selalu dari golongan pemuka agama.

Golongan penguasa juga sama. Biasanya mereka menyadari hal ini, namun karena dirasa ada sekutu yg membantunya, yakni dari golongan pemuka agama, maka mereka menggunakan golongan pemuka agama sebagai alat politik untuk menekan. Mereka hanya akan bertindak jika golongan itu sudah tak mempan.

Seorang bernama Musa, dengan gagasan barunya yg memandang struktur pemerintahan Fir’aun adalah konsep yg mengeksploitasi manusia atas manusia. Isa atau Jesus juga sama, dimana Herodes selalu menggunakan pamuka agama (Farisi dan Saduki) sebagai sekutu pembantunya untuk menekannya. Muhammad juga demikian. Abu Sofyan penguasa politik kala itu, selalu bekerja sama dengan Ahlul Kitab (Ahli Kitab), orang2 yg ahli dalam Kitab (bukan orang2 yg ngerti Kitab lhooo..).

Demikianlah, baik Musa, Isa dan Muhammad, adalah pendobrak struktur masyarakat yg ada kala itu, menggantinya dengan konsep baru yg sama sekali berbeda dengan konsep yg ada saat itu. Musa, Isa atau Jesus, dan Muhammad adalah manuisa2 yg dianggap sesat pada saat itu oleh Ahli Ktab Fir’aun, Herodes dan Abu Jahal.

So, bersiaplah untuk menyandang predikat Gila, jika anda punya sebuah konsep yg lain, sekalipun konsep itu untuk kebaikan umat manusia, karena orang banyak tidak melihat. Orang banyak tidak mendengar, Orang banyak itu mati, dan manusia kebanyakan adalah orang2 yg kagak ngerti. Jadi, jangan tersinggung dulu kalo dibilang gila.

Salam
aca

Kamis, 18 Juni 2009

Konsekwensi Profesi (941) ADVANCE

Dear Bloggers,


Riwayat yg akan diceritakan bukan hal yg baru, melainkan masalah lama yg sudah menjadi klasik, berulang dan senantiasa terjadi dalam segala hal. Kisah hidup manusia.


Poltak, seorang yg baru hendak menggarap kebun. Dari mulai tidak ada apa2, ia memanfaatkan tanah garapan yg ia anggap sebagai pemberian Tuhan. Inilah tanah pemberian Tuhan, pikirnya. Tanah yg harus dicangkul, dibajak, ditanami dan dirawat. Bersemangat dalam hal pertanian menjadi kunci sukses dalam perencanaan bertani. Mungkin bidang ini begitu berbeda, begitu sehat, dan begitu alamiah, hingga biasanya petani baru akan senantiasa bersemangat dalam merencanakan untuk menggarapnya.


Banyak hal yg begitu baru dalam wacana bertani atau berkebun ini. Ilmu2 baru, teman2 baru, jadwal hidup yg baru, hingga perubahan siklus bermain dan bertani. Maklum, dulu semaja remaja, Poltak dan kawan2 lainnya belum pernah bertani, bekerja untuk tanah pemberian Tuhan ini. Mereka hanyalah remaja yg aktifitasnya senantiasa bermain.


Ketika menjadi petani baru, praktis hidup Poltak dan kawan2nya berubah. Yang tadinya bermain tok, berubah menjadi bermain dan bertani. Tak jarang waktu2 bermain berbenturan dengan saatnya bekerja untuk tanah Tuhan. Bermain untuk kesenangan diri sendiri sering harus dikalahkan, meskipun kenyataan hidupnya tanpa bermain, anak isteri bisa pre makan.


Pasalnya, sebagai petani baru yg begitu exciting (gembira dan terpukau) dengan dunia bertanam yg baginya baru, sering terlalu bersemangat. Seluruh energi dicurahkan, seluruh pemikiran, bahkan seluruh waktunya. Begitu bernafsunya ia akan gambaran hasil panen, menyebabkan Poltak dan para petani baru begitu asyik bertani, bahkan urusan bermain seperti terlupkan begitu saja.


Waktu berjalan, Poltak dan para petani penggarap yg begitu bersemangat tiba pada posisi puncak. Puncak keringat yg terkuras untuk bertani, puncak konsentrasi, puncak keletihan, dan segala puncak segenap daya upaya yg dikerahkan. Namun sayangnya, musim tanam belum berlalu. Masih banyak tanah yg harus dibajak. Masih banyak bibit yg mesti disemai. Dan baru sedikit tanaman yg tumbuh. Sementara energi terkuras, perut keroncongan, urusan diluar bertani (bermain ) telah lama ditinggalkan.


Akhirnya tiba2 kesehatan jiwapun ngedrop, seperti ngedropnya accu mobil. Ketika ingin berangkat bertani, mobil gak mau distart. Bunyinya cek.,., cek.,., cek.,., kayak cicek. Seperti juga baterai Handphone yg ngedrop. Putus – nyambung – putus – nyambung. Kesehatan para petani baru menjadi membley.


Tanah yg diamanahkan Tuhan pun seperti terbengkalai, diterlantarkan oleh para petani baru yg kelelahan. Mereka tidak menyadari hal ini akibat salah aplikasi dalam mengatur energi yg keburu terkuras pada saat2 awal. Petani baru seperti merasa bingung, mengapa target tanaman yg mereka inginkan tidak tercapai? Mengapa bibit tumbuh begitu sedikit? Mengapa bibit2 lain yg ditanam tidak tumbuh, bahkan beberapa ada yg mati. Bahkan di beberapa petani baru sempat terbersit, mengapa Tuhan seperti tidak menolongnya dalam menggarap kebun ini?


Celakanya, ketika pemikiran nyeleneh tiba2 datang : “Kalau memang kebun ini pemberian Tuhan, mengapa Tuhan tidak membuat tanahnya subur saja, agar ketika kami menaburnya – bibit akan tumbuh dengan mudah”.


Saudara2 ku para Penggarap tanah Allah, ketahuilah, bahwa menjadi penggarap2 ladang Allah tidaklah mudah. Kita akan seperti membajak di padang pasir yg tandus, tanah yg kering, jauh dari sistim irigasi dan pengairan yg mencukupi. Kita hanya punya hujan. Artinya kita hanya menunggu air yg datang dari langit.


Bukankah kita tahu benar bahwa akan selalu ada siklus?! Kita tak akan menanam sebelum musim penghujan datang. Kita menyadari bahwa dalam sebuah siklus, separuhnya gelap – dan separuh lagi terang. Separuhnya kemarau – separuhnya lagi musim penghujan. Dan kita tahu benar bahwa saat2 malam akan segera berlalu. Saat nya terang akan segera datang. Saatnya kemarau akan berlalu, dan awal musim penghujan sudah tiba.


That’s way,,.. jangan sampai lupa untuk managemen tenaga. Bukan hanya gas pol-polan doang. Tapi ada pengaturannya. Kalau terlalu exciting di awal, mesin bisa overheating, baterai bisa ngedrop, kesehatan jiwa bisa kering, dan ruh pun melemah.


Saudara para penggarap bumi Allah dan calon penggarap (.,., kalau calon kira2 ngerti gak ya,..?!). Kalau sudah lemah, urusannya mirip Handphone atau baterai. Kudu di charge supaya energi ngisi lagi. Kudu di isi dengan makanan yg sehat2. Bahwa urusan bertanam-ria ini bukan urusan yg bisa dipercepat atau diperlambat. Semua udah jadi rahasia Allah sebagai pemilik tanah. Hitungan musim dan timing (saat) adalah kepunyaannya. Sudah jadi hak prerogative Allah. Jangan kita coba2 mempercepat atau memperlambat.


Hasil panen adalah sesuatu yg diinginkan oleh siapapun. Siapa yg gak kepingin?! Namun jangan lupa, urusan bertanam disini agak unik. Kenapa unik?! Karena kita bertanam bukan lantaran ingin memperoleh hasilnya. Kita bertanam adalah menjadi kewajiban dan tugas dari profesi yg namanya petani. Jadi urusan ini adalah urusan konsekwensi profesi (wuiih.... keren gak tuch,.,. konsekwensi profesi).


Ya memang,.,. apalagi kalau bukan itu. Itulah sebabnya saya sebut unik. Sebuah kumpulan petani penggarap yg tidak mengharapkan hasil panen. Ini penting saudara. Karena jika kita mengharapkan panen, mengharap luasnya lahan, mengharap suburnya bulir2 padi yg tumbuh, bagaikan gemah ripah loh jinawi, pada akhirnya sepak terjang akan menjadi lain. Ya akan seperti Poltak dan para penanam yg saya ceritakan diatas. Bajak sana- bajak sini, tanam sana-tanam sini. Ujung2nya, ketika panen gak banyak,.,.. penggarap kecewa.


Padahal, saya yakin pemilik kebun tak mengharapkannya demikian. Bukan urusan hasil panen yg harusnya ada dibenak kita, karena hal itu akan mengembalikan kita kepada penghamba hawa nafsu.


Nah,, kalau jiwa sudah low-bat kesehatan drop,.,. ruh perlahan akan meredup. Bukan hanya meredup, tapi ruh akan dicabut kembali dari jiwa kita,..,. dan kita akan kembali menjadi orang yg mati, tidak mengerti apa2, sampai kembali buta, tidak melihat apa2. Itulah orang2 yg zalim, yakni orang2 yg lalai terhadap janjinya kepada pemilik tanah untuk menggarap tanah miliknya.


Salam
aca