Sabtu, 11 April 2009

Hari Perdamaian dengan Allah (937)

Dear Bloggers,


Hari Paskah, atau hari Yon Kipur, terkenal dengan tradisi perayaan telur berwarna-warni yg di cat atau digambar beraneka rupa. Kalau di Amrik, banyak orang makan ayam kalkun saat perayaan hari Paskah. Pendeta mengatakan sebagai "Hari Berdamai dengan Allah". Bloggers, silahkan anda tanya kepada Pendeta, apa maksud hari berdamai dengan Allah?


Ketika hal itu ditanyakan pada pemuka agama, maka kebanyakan dari mereka berbeda pendapat, bahkan banyak diantaranya yg berkata jujur tidak mengetahui benar kenapa mesti berdamai dengan Allah. Siapa yg berdamai? Konflik antara siapa dengan siapa? Kenapa bisa konflik dan kenapa bisa berdamai? Jika kita ingin mengetahuinya, kita mesti menengok kepada sejarah hari paskah itu sendiri, yakni sejarah yg terjadi pada masa Musa.


Paskah adalah sebuah momen besar yakni hari dimana Musa dan bangsa Israel melakukan sebuah tindakan pengabdian yg konkrete kepada Tuhan, yakni hari berangkatnya mereka keluar dari hukum dan sistem Fir aun yg kafir (Mesir) menuju tanah yg kosong agar bisa hidup dengan hukum dan sistem Tuhan. Bangsa Israel saat itu punya pilihan untuk tetap hidup sebagai kelas pekerja di Mesir, hidup dengan tatanan Capitalis Liberal, atau berangkat mengikuti seorang yg bernama Musa yg mengaku utusan Allah dan mengaku penerus visi dan misi pendahulunya Ibrahim atas janji Tuhan yakni "Tanah yg dijanjikan".


Kedua pilihan tersebut sangat dilematis. Tetap tinggal di Mesir dengan situasi ekonomi kelas bawah, atau berangkat mengikuti seseorang yg menjanjikan sesuatu yg belum tahu bukti dan kebenarannya. Secara kasat mata, jika peninjauan sejarah ini hanya didasari atas masa depan ekonomi, mengikuti Musa bukanlah sebuah solusi yg menjanjikan.


Ada sesuatu yg menyebabkan bangsa Israel memilih untuk mengikuti Musa. Tentunya, ada pertimbangan lain selain dari pertimbangan masa depan ekonomi sehingga mereka memilih mengikuti Musa untuk berangkat pergi keluar dari tanah Mesir. Pertimbangan itu bukan karena Musa sakti seperti Ponari dari Jombang. Atau ia lebih hebat dari David Coperfield dan Houdini. Melainkan bangsa Israel percaya kepada ajakan Musa untuk kembali hidup dengan hukum Allah, kembali menjadi para hamba Tuhan yg setia, yg tiada berselingkuh atas pengabdian terhadapNya sebagai manusia, mahluk ciptaanNya, dan tidak menjual dirinya kepada Fir'aun. Bangsa Israel hanya menjual dirinya kepada Yahweh, Allahnya Ibrahim.


Dikarenakan moyang mereka terdahulu (setelah zaman Nuh) telah menjual dirinya kepada Raja2, dengan tunduk dan patuh terhadapa para Raja, hidup berdasarkan hukum Raja2 dunia, maka mereka sadar telah dicampakkan oleh Allah mereka. Tuhan tak lagi memberkahi bangsa Israel, bangsa generasi penerus Nuh dari Ibrahim.


Oleh karenanya, pada hari itu, bangsa Israel mengambil keputusan besar yg akan merubah tujuan hidup mereka. Bukan lagi kepada emas dan kemilaunya perak (dunia). Bukan lagi hidup menjual diri kepada Raja2 dunia dengan tunduk kepada hukum2 buatan mereka, melainkan bangsa Israel bertekad untuk hidup Tauhid, kembali kepada tujuan pengabdian hidup yg bulat kepada Pencipta dunia dan alam semesta.


Inilah pentingnya paskah, sebuah momen dari keputusan besar sebuah bangsa yg akan menjadi besar. Keputusan besar sebuah bangsa yg sebelumnya hidup didalam kemusyrikan raja2 dunia, bertekad untuk meninggalkan itu semua dengan mengabdi kepada sang Raja diraja, Raja alam semesta, sang Raja yg sebenarnya.


Bloggers, seperti uraian saya diatas, keputusan ini tidak diambil berdasarkan kesaktian Musa membanting tongkatnya menjadi ular. Atau kesaktiannya membelah lautan menjadi dua melawan hukum gravitasi yg telah diciptakan pencipta alam ini. Musa dan para utusan2 lain sama seperti kita, tak ada yg dapat melawan hukum yg telah diciptakan sang Raja diraja. Bahasa Alkitab adalah bahasa hikmah, tinggi dan dalam. Isinya penuh dengan perlambang dan amsal (perumpamaan). Bangsa Israel dapat mengambil keputusan itu dikarenakan mereka memahami bahwa konsep yg dibawa oleh Musa tak ada cacatnya. Sebuah konsep pengabdian yg utuh, tunggal dan integral terhadap sang Raja alam dan Raja manusia yg sebenarnya.


Konsep ini tentunya menghujat Raja2 negeri karena konsep pengabdian yg tunggal tak akan mentolerir adanya pengabdian sekuler terhadap para Raja negeri. Konsep yg dibawa Musa mengajak manusia untuk meninggalkan Raja2 negeri dan berangkat keluar dari negeri itu untuk kemudian mendirikan negeri dengan aturan dan dasar hukum Tuhan. Itulah sebabnya hari ketika mereka mengambil keputusan itu dinyatakan sebagai "Hari berdamai dengan Tuhan".


Bloggers, saya kira harusnya kita bisa mengamati dengan cermat sejarah Musa, bahwa eksodus manusia besar2an yg dilakukan pada zaman itu, sama dengan eksodusnya Muhammad (hijrah) dari Mekkah ke Yastrib (Madinah) dimana Muhammad sama kedudukan dan modusnya dengan Musa. Fungsi dan kedudukannya adalah pembawa berita besar, keputusan besar, dan pemimpin umatnya , modusnya adalah "berdamai dengan Tuhan", mengajak umat untuk berhenti menjual diri kepada Raja negeri, membawa umat untuk meninggalkan sistem hukum musyrik buatan manusia. Itulah sebabnya baik umat Musa (Bani Israel) dan umat Muhammad (Muhajirin dan Anshor) dikatakan dalm Kitabnya masing2 sebagai umat kesayangan Allah.


Bagaimana dengan kita hari ini?
Apakah kita hidup dengan tujuan pengabdian tunggal?
Ataukah hari ini kita masih sedang menjual diri?
Saya kira, jika kita masih dalam posisi menjual diri, merayakan Paskah tidak memberikan arti apapun kecuali warna warni telur dan tradisi makan daging ayam kalkun,.. nyam,nyam,,nyam.


Salam Paskah
aca

1 komentar:

insidewinme mengatakan...

Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu