Rabu, 02 Desember 2009

Perjanjian yg Terbengkalai (964) ADVANCE

My brother in vision,


Segala sesuatu harus dimulai dengan sebuah Perjanjian, apapun itu. Gak percaya?! Coba buktiin sendiri.


Waktu mau makan, kita janji gak akan banyak. Kemudian disaat makan kita irit2, dikit2, meskipun ngiler tetap saja ditahan. Kenapa ditahan?! Karena kita udah janji gak mau makan banyak, lantaran takut gemuk-kolesterol dan sebagainya.


Hasrat mau nyiduk nasi ditahan. Hasrat mau nyikat makanan berlemak direm. Semua lantaran adanya bisikan pemahaman bahwa you must keep your health (sing anak buah mas tukul ojo protes boso inggris yoo...).


Terjadi paradox antara bisikan keinginan dan gema pemahaman. Namun dikarenakan sebelum makan kita sudah melakukan janji (meskipun dalam hati dan ngomongnya kepada diri sendiri), maka kita berusaha menepatinya.


Ini juga bentuk perjanjian.

Bagaimana jika kita bablas lantaran tunjang balado yg ngelewein diatas piring?!

Jawabannya fatal saudara. Kita adalah termasuk mahluk yg melanggar perjanjian. So, yu now wot ay min... Perjanjian dilanggar adalah karena kontradiksi antara bisikan tunjang balado enak dan bisikan pemahaman hidup sehat.


Tak ada manusia yg tak mengerti tentang sebuah berita pengkabaran kebenaran. Manusia diciptakan untuk bisa memahami itu. Terjadinya orang menjadi tidak mengerti bukan lantaran dia tidak mengerti, melainkan karena mereka tidak mau mengerti.


Pemahaman terhadap berita sehat memerlukan sebuah Perjanjian untuk di aplikasikan. Tanpa aplikasi, namanya bukan pemahaman, melainkan khayalan semata. Mau sehat koq ngayal?!? Sehat yo butuh disiplin. Jangan salah, disiplin adalah sebuah kata yg mewakili tindakan konsistensi antara tujuan kepingin sehat dan aplikasi tindakan supaya sehat.


Mengapa ditengah jalan banyak orang yg gagal dalam aplikasi?! Penyebabnya bukanlah sumbangnya suara pemahaman hidup sehat. Dia tau koq apa itu hidup sehat. Cuma saja itu tunjang balado ngeleewein teruuus dari tadi. Bisikan keinginan pribadi membentuk pola dan logika justifikasinya sendiri.


Jangan main2, seseorang yg melanggar perjanjian untuk tidak berbohong akan berakibat panjang bung. Padahal tidak ada yg dibohongi kecuali dirinya sendiri. Ia tidak hanya akan jadi pembohong, melainkan juga akan mengkhianati perjanjiannya. Bahkan bisa2 jika ia telah mengandung anak sekalipun, anak2 itu akan digugurkannya. Padahal, mereka adalah anak dari hasil perkawinan yg syah. (yg kagak paham diem aje ye...,, sorry bro,.,. advance only githu loh).


Begitulah perilaku orang2 yg melanggar perjanjiannya. Semua itu lantaran kesukaannya berzina, berbuat sundal atau berselingkuh kepada bisikan keinginannya dibanding bisikan pemahaman.


Tadinya saya berfikir akan ada 3 golongan. Yg menerima, yg nolak dan menghalangi, dan yg menyingkir (netral).


Ternyata, dari pengalaman pribadi dan kenyataan sejarah pengkabaran dari jaman baheula'na, orang hanya akan terbagi dua. Mereka yg menerima yg kemudian menjadi Teman, dan mereka yg menghalangi jalan yg menjadi Lawan. Tak ada orang yg menyingkir begitu saja karena neutral tanpa perlawanan, apalagi yg sudah melakukan perjanjian kemudian menjadikannya terbengkalai. Mereka akan senantiasa menghalangi dengan perkataan atau tindakan. Ini fenomena wajar sebuah proses sunah penciptaan.


Anda akan menemui dua reaksi, pro atau kontra. Demikian dan akan selalu demikian. Yg pro bergabung, yg kontra berseberangan. Yang repot, orang yg pro terus bergeser menjadi kontra. Mereka pasti akan memberikan perlawanan. Paling tidak potensi perlawanan yg siap di semburkan. Ini juga proses alami dalam setiap berita pengkabaran.


Karena akan hanya ada dua jalan. Jalan yg lurus, atau jalan yg bengkok. Patutkah orang yg menelantarkan perjanjiannya berada di jalan yg lurus?! Patutkah orang yg mengurai benang yg sudah dipintalnya menjadi tercerai berai menjadi pengatur kehidupan?!


Saya kira, orang2 yg menjaga benang rajutnya menjadi sebuah tenun yg terikat kuatlah yg patut memelihara dunia. Menjadikan umat manusia hidup bersatu dibawah aturanNya, hukumNya, kerajaanNya. Para manusia yg menjadikan Allah sebagai rajanya, bukan para Raja dunia atau Kaisar dengan hukum konsensus mereka.


Bujug ! memelihara dunia coy,.,. Mempersatukan umat manusia dibawah satu payung aturan. Kalo kata pak ogah,,.. wueleh.. wueleh.. Dari mana memulainya ???

Mukminin rohimakumulloh, Domba2 Allah, umat yg di berkati Alah, dan segala macam umat yg bersatu maupun yg mumet,.,. mulainya tak lain adalah dengan Perjanjian. Everything, any destination, or any target, will be start by "commitment". Komitmen pada diri sendiri, komitmen pada organisasi superkecil (keluarga), atau komitmen pada organisasi lebih besar yg disebut umat, komuni atau komunitas.


Salam
aca

Tidak ada komentar: