Senin, 18 Januari 2010

Bukan buat orang mati (1004) BASIC

Bloggers, kata orang, semasih berfikir tentang iman, manusia masih tetap bersatu pada sesuatu yg dianggap berkuasa atas segala sesuatu dan dirinya. Namun ketika aplikasinya menjadi agama, umat manusia terpecah dan terbelah.

Ketika sampai pada pertanyaan agama manakah yg benar? masing2 punya jawaban. Dan ketika ditanya bersilangan tentang agama lain, maka individu2 agamis itu terbelah lagi menjadi dua golongan. Golongan kaku dan taat mati terhadap agama yg dipegangnya (kaum fanatis), atau golongan intelektual-agamis, yg lebih moderat (tolerir/liberal/plural).

Bloggers sahabatku. Semua perspekstif ini terjadi atas dasar pijakan kita dari kata agama. Kembali saya urai, bahwa kita terjebak dengan kata agama atau kepercayaan. Padahal, Allah tidak membuat agama. Allah benci agama. Allah menyatakan agama adalah musyrik.

Demi Allah, ini bukan pendapat saya, tapi pendapat Alkitab. Dogma yg tercipta sudah begitu menancap dikepala hingga begitu sulit mengeluarkannya. Saya bisa buktikan ini.

Bahwa yg dibawa Abraham bukanlah agama Yahudi. Demikian juga dengan Musa, Joshua, David, Solomo, bukan orang2 yg menyebarkan agama Abraham. Mereka adalah orang2 yg menggenapi Perjanjian antara Allah dan Abraham. (Kata menggenapi kurang dapat dimengerti oleh orang beragama Islam karena referensi di tafsir Qur'an nya gak ada).

Abraham berjanji kepada Yah Weh bahwa dia akan menciptakan umat yg solid, yg hanya akan mengabdi kepada Nya. Begitulah janji Abraham. Demikian juga dengan Allah, Ia pun memberikan janjinya,

Zhakaria 3:7 "Beginilah firman TUHAN semesta alam: Apabila engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan melakukan tugas yang Kuberikan kepadamu, maka engkau akan memerintah rumah-Ku dan mengurus pelataran-Ku, dan Aku akan mengizinkan engkau masuk ke antara mereka yang berdiri melayani di sini.

Sampai matinya Abraham, anaknya Ishak maupun cucunya Yaqub dan cicit nya Lewi, janji ini tak tergenapi, dan Kerajaan Sorga yg dinantikan belum juga terwujud.

Baru ratusan tahun kemudian, Musa berhasil menggenapi Perjanjian antara Allah dengan Abraham. Keturunan Abraham, setelah 800 tahun kemudian, baru berhasil menggenapi Perjanjian itu. Berdirilah Jerusalem, sebuah negeri yg berdiri diatas Tanah Perjanjian. Teritori yg bebas untuk menerapkan hukum Allah, bukan negeri yg dibangun atas hukum dan daya pikir manusia.

Bloggers saudaraku seperjuangan mencari Allah,..

Yang dibawa mereka turun temurun bukanlah sebuah aliran kepercayaan atau agama. Yg dibawa oleh mereka itu adalah sebuah MISI PENGGENAPAN PERJANJIAN. Misi itu pastilah berisikan ajaran2 dari pendahulunya, tetapi bukan sebuah agama yg hanya bermisikan pribadi untuk masuk surga khayalan di sono nanti. Melainkan ajaran yg ber-VISI penegakkan hukum Allah di bumi. Membuat sebuah tatanan manusia berdasarkan Hukum Pencipta manusia.

Musa Joshua David bukan orang2 intelektual agamis, karena mereka bukan berfikir intelek untuk masuk sorga Allah setelah mati nanti. Tujuan mereka bukan sorga Allah setelah mati nanti (tujuan hidup agamis), melainkan menggenapi misi. Coba saja baca Perjanjian Lama, betapa beringasnya King David. Seorang Raja yg sekaligus Jenderal Perang yg gagah berani.

Orang2 inilah yg membangun Jerusalem, yg digambarkan bagai Pengantin Allah yg cantik jelita. Dadanya montok dan menggiurkan bangsa2 lain yg memandangnya.

Ini bukan bahasa porno bung. Ini bahasa hikmah yg tinggi dari Alkitab. Menjelaskan tentang indahnya sebuah Kerajaan yg di bangun berdasarkan ketaatan kepada hukum Allah. Gambaran indahnya tatanan sosial yg membuat iri bangsa2 lain. Ini juga yg menyebabkan bangsa Israel (pada saat itu) menjadi bangsa yg disayang Allah. Karena memang merekalah penggenap Perjanjian itu.

Apakah kemudian seluruh warga negara Jerusalem pada saat penegakan oleh David harus berkepercayaan sama dengan David. Pertanyaan ini sangatlah mudah dijawab. Bahwa David tidak terlalu perduli dengan kepercayaan penduduk yg masih zoroaster pada saat itu. Yang jelas, asalkan mereka masih tunduk dan patuh sebagai warga Jerusalem dan menjalankan kewajiban warga negaranya it's no problem. Perubahan kepercayaan tidak bisa revolusi. Itu terjadi dengan sendirinya dalam kurun waktu yg panjang.

Begitu juga dengan MISI PENGGENAPAN oleh Muhammad. Sama juga. Bukan agama Islam yg dia bawa, melainkan MISI PENGGENAPAN PERJANJIAN di bukit Aqobah (Perjanjian Aqobah). Para Khalifah yg menggenapi perjanjian itu kemudian, hingga DARUSSALAM, yg dibangun Muhammad, menjadi Kerajaan Allah yg konkrit dimuka bumi.

Apakah negeri2 yg dikasai Darusalam harus beragama Islam?! Sangatlah mudah untuk dijawab. Bahwa dalam sejarah penegakkan Khalifah, tak ada satupun cerita pemaksaan perpindahan agama atau kepercayaan. Semua akan terjadi secara alamiah.

Kalifah Umar, membelah menjadi dua bangunan Gereja yg bangun oleh umat Nasrani pada masa penaklukan Jerusalem. Sebagian untuk sholat, sebagian untuk kebaktian agama nasrani.

Kenapa Umar dan David berlaku seperti itu?

Karena memang misi mereka bukanlah membuat orang satu kepercayaan dengan mereka. Bukan membuat orang satu agam dengan mereka. sekali lagi, misi mereka adalah MISI PENGGENAPAN PERJANJIAN.

Lantas... bagaimana dengan sorga yg disono?
Siapa yg nantinya masuk surga yg disono ?

hehehe...,,, inilah yg namanya candu. Khayalan yg tiada pernah putus dari umat manusia. Wuong belum pernah ada yg balik dari sono terus nyeritain ke kita. Para nabi juga gak pernah cerita2 surga disono, bahwa nanti dosono banyak Pekerja Sex Non Komersial. Itu mah khayalan2 manusia aja.

Saya kira, untuk pertanyaan ini, yg paling tepat adalah jawaban Jesus. Misi ini, bukan ngurusin bagaimana sorga khayalan disono nantinya. "Allahnya Abraham, bukanlah Allahnya orang mati".

Matius 22 :

22:23 Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya:
22:24 "Guru, Musa mengatakan, bahwa jika seorang mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu.
22:25 Tetapi di antara kami ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin, tetapi kemudian mati. Dan karena ia tidak mempunyai keturunan, ia meninggalkan isterinya itu bagi saudaranya.
22:26 Demikian juga yang kedua dan yang ketiga sampai dengan yang ketujuh.
22:27 Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itu pun mati.
22:28 Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia."
22:29 Yesus menjawab mereka: "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!
22:30 Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.
22:31 Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda:
22:32 Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup."

Saya kagum abis dengan jawaban Jesus yg menghindar dari pertanyaan sorga khayal setelah mati. Kesimpulan saya, IMAN haruslah sebuah PERJANJIAN. Jika Iman bukan Perjanjian, maka ia tidak membutuhkan Penggenapan. Penggenapan itu adalah Kerajaan Allah, Kerajaan Sorga di bumi, Lengkap dengan Tanah, Rakyat, dan Hukum nya,,,.. bukan agama. Bukan masalah istana di sorga sono buat orang baik atau bidadari yg siap melayani di ranjang istana sono. Allah nya Abraham, bukanlah Allah buat urusan orang mati.


Salam
aca

5 komentar:

Unknown mengatakan...

Tulisan yang sangat luar biasa bung aca...

andrycahya mengatakan...

hehehe... ini buat bayar hutang saya kepada bung Derwin. Tempo hari saya pernah janji nulis artikel dengan thema 'perkawinan beda agama'. Terus saya buntu. Gak bisa nerusin. Lantaran saya terjebak oleh thema itu sendiri. Mudah2an, bung Derwin bisa memahami kenapa saya terjebak. Mudah2an, anda juga bisa terlepas dari jebakan kata 'agama' itu sendiri. Bahwa Islam dan Kristen memang berbeda, tetapi demi ibu saya ataupun rahim ibu saya, tempat dimana saya dibuat, yg dibawa Muhammad, Jesus, Musa, maupun Abraham adalah sama. Salam Damai dan Sejahtera.

Jipin mengatakan...

Sepakat bung, penutupnya mantab !

Sekedar bertanya lagi he he he, lalu untuk siapakah sebenarnya pintu surga ? Mengingat Nabi Muhammad sendiri tidak berani sembarangan untuk mengatakan bahwa si X akan masuk surga dan si Y akan masuk neraka.

Nabi sendiri tidak berani menjamin dirinya sendiri akan masuk surga sebagaimana yang di tulis di al-quran surat 46 ayat 9 :
“Katakanlah: “Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.”

Salam

Jipin

andrycahya mengatakan...

Bung Jipin. QS 46/9 bukan kesitu arahnya. Ketidak tahuan Muhammad bukan kepada masuk surga atau nerakanya seseorang. Ayat itu sedang membicarakan MISI PENGGENAPAN itu sendiri, bahwa dia hanyalah salah satu dari Rasul2 sebelumnya (ABRAHAM,MUSA,ISA). Ketidak tahuannya adalah kepada apa yg akan menimpanya dalam perjuangan penggenapan misi yg di instruksikan Allah. Ia yakin bahwa pada akhirnya ke zaliman akan dikalahkan. Tapi ia tak tahu persis detail demi detail.

Muhammad bicara kepada umatnya, membuat pernyataan itu, bahwa ia bukan juru ramal sesuatu yg akan terjadi kemudian. Baik kepada dirinya maupun umatnya. Ia hanya pemberi peringatan, sama persis dengan para pendahulunya.Coba aja buka ayat 12 nya. Jelas banget bahwa Muhammad mengakui kitabnya Musa.

QS49/12. Dan sebelum Al Quran itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

Bung, fungsi dan jabatan Muhammad sama seperti para pendahulunya, pemberi kabar gembira. Itulah tugas dan fungsi Nabi, membawa pengkabaran.

Kabar ini adalah kabar gembira, warta gembira, atau berita suka cita.

Yg jadi pertanyaan, apakah kabar gembira para nabi itu? Ini yg sampai sekarang orang gak ngerti.

Kabar yg dibawa nabi bukan kisah khayalan, bukan kisah hadiah bidadari yg akan diberikan buat orang baik. Bukan kabar bagaimana nanti kalau kita mati. Bukaaan,.,. sama sekali bukan urusan pintu sorga sono.

Kabar itu adalah kabar menggemparkan, yakni kabar bahwa orang2 zalim akan dikalahkan. Muhammad dan pengikutnya akan dimenangkan. Kebenaran akan kembali tegak. Dunia tak lagi akan carut marut kriput butut. Fir'aun akan ditenggelamkan (bukan tenggelam kelelep air seperti dalam film). Kerajaan zalim itu akan kalah.

Dan Musa akan dimenangkan. Negeri dengan aturan Allah akan tegak. Jerusalem akan lahir. Cahaya Allah akan terang.

KABAR BAHWA MISI PERJANJIAN INI AKAN DIGENAPKAN.

Kalau buat jaman Muhammad, berita gembiranya Abu Jahal, sang pemimpin zalim akan dikalahkan. Muhammad, kaum Muhajirin dan Anshor akan dimenangkan.

Kabar ini hanya bisa di yakini oleh mereka yg faham betul. Melihat situasi, dan bisa membaca kebenaran melalui Roh Kudus (awas, arti roh). Mereka bukan yakin lantaran melihat kesaktian para nabi. Iman adalah dengan analisa, bukan dogma.

So, ini gak ada hubungannya sama sekali dengan pintu sorga khayalan yg di sono. Muhammad adalah pemberi peringatan untuk urusan kehidupan, bukan kematian.

Jipin mengatakan...

Sekali lagi sepakat bung Aca kawan berbagi pengetahuanku, surga di dunia inilah yang saya maksud.

Urusan ada tidaknya surga dan neraka di sono (meminjam istilah anda) saya berpendapat, itu bukanlah wilayah manusia hina dina (dan saya tidak berani merambah wilayah itu). Apalagi sampai menyatakan kapling ini milik si A atau si Anu, lengkap dengan argumen kitab-kitab yang katanya suci.

Bagi saya matinya kezaliman dan segala penindasan, terutama terhadap the underdog adalah surga yang sebenarnya. Jadi inilah pintu surga buat manusia yang beriman, yang kalau saya boleh berpendapat, yang masuk golongan ini adalah golongan manusia yang selaras antara sikap batin dan tindakannya, sesuai dengan alat pengetahuan (epistemologi) yang diyakininya.

Alat pengetahuan yang saya maksud di sini, tentulah bukan semata indrawi saja (panca indra) atau rasio (pikir), tetapi bisa lewat pencucian (refleksi) diri (hati nurani). Karena semuanya muter-muternya ya di situ itu, apakah hanya itu alat pengetahuan yang ada ?

Tidak ada salahnya kan, kalau saya juga bersandar kepada luasnya makna ayat-ayat dalam Kitab Suci sebagai alat epistemologi yang lain ?

Jelaslah, pintu surga adalah tempat bagi insan yang mampu menselaraskan indra, pikir, hati nurani, dan sang Pembawa kabar lewat Kitab Sucinya (yang menurut istilah anda disebut sebagai misi penggenapan).

Salam

Jipin