Sabtu, 06 Februari 2010

No Pain No Gain (1008)

Bloggers, kata ini arti harfiahnya, loe jangan harap bisa dapat sesuatu kalo loe gak mau korban apapun. Sangat simple, 4 suku kata, tapi menurut saya sich artinya berbobot banget. Efektif buat orang2 yg cuma mau enaknya doang. Gak mau susah, gak mau capek, maunya tiba2 kaya, makmur, panen, sejahtera, dst, dst. Gak ada yg namanya short-cut (jalan singkat). Segalanya harus melalui proses. Segalanya harus ada pembayaran. Apapun bentuk pembayaran itu, pastilah ada jual belinya.


Kali ini saya bukan nyindir kaum yg rajin berdo'a , meskipun do'a adalah bentuk keinginan short-cut, minta bantuan mistik-blikitik-burik supaya 'something out there' run what he wish. Ini juga bukan posting urusan motivasi perorangan kayak salam super-super itu. Melainkan arah saya kepada sebuah kaum, golongan, atau bangsa, atau etnis, atau komunitas.


Anda pasti sedikit banyak setuju dengan hukum No Pain No Gain terhadap individu. Nach, hukum ini sebenarnya emang udah alami dan bisa buat kaum atau bangsa juga. Memang urusannya jauh lebih kompleks untuk bangsa dari pada urusan dewek-dewek, tetapi pada dasarnya sich sama aja.


Bangsa kita niy, Indonesia tercinta, siapapun juga nyaho, adalah bangsa lagi keblangsak. Tertindas oleh kapitalisme yg gak kelihatan. Terjajah oleh kekuatan asing yg gak kelihatan. Kenapa gak kelihatan,.,. karena pelaku penindasannya bukan bangsa lain, melainkan pemimpin2 bangsanya sendiri yg ditempatkan jadi boneka atau wayang saja. Dalangnya sendiri adalah bangsa Majikan. Jadi penindasannya sama sekali gak kelihatan. Pola ini udah paten dari dulu juga, masak gak liat seeeech ...?!


Para wayang alias aktor dan pelaku penjajahan tak peduli, yg penting ada kesempatan, sikat. Meskipun harus menjual kehormatan dirinya. Bahkan meskipun jika harus mengorbankan saudaranya. Saya menyebutnya dengan 'pelacur'. Alkitab menyebutnya dengan pezinah. Al Qur'an menyebutnya dengan orang tak setia (peselingkuh) yg bermajikan ganda (musyrik).


Trus, apa yg bisa diperbuat?! Bagaimana keluar dari masalah ini?! Jawabannya berpulang kepada kita sendiri. Apakah kita (dalam hal ini bersama2) hendak menerima keadaan begitu saja?!, atau tidak. Apakah kita bersama2 mau merubah nasib bangsa kita ini atau tidak?! Jika kita mau, kita bisa. Mau secara keseluruhan. Mau bukan dalam arti satu atau segelintir individu. Tidak bisa mau sendiri2. Tidak bisa berubah nasib bangsa ini jika hanya saya sendirian yg mau merubahnya. Saya belum bicara 'cara'. Cuma prinsip doang lhoo,.,. Komponen yg terkait, dalam hal ini, masyarakat yg tertindasnya, bangsa/kaum, bukan individu, sadar dan mau bergerak. (,,.eh,., ndry,., siape juga tau !,, ).


Eehh.. iya iya,, maksud saya, Allah berbicara hanya kepada kaum/bangsa. Jangan ge-er, kalau Allah menyebut kata 'kum' (kamu), brarti maksudnya adalah komunitas, bukan eloe doang sorangan. Dalil : "Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika kaum itu sendiri tak mau merubahnya", jangan dipelesetin jadi buat individu.


Kemudian,,,... hehe.. ya bergerak berjuang merubah. Gak bisa mau jadi bangsa atau umat yg lebih baik tapi gak pake bayar, gratis doang, cuma modal do'a. Kalo gak mau berobah,,, adem2 wae,.,. enak'e... Yo uwis. Molor wae.


Sing repot, kalau udah jadi bangsa budak terjajah dan tertindas malahan bersukur. Udah jadi umat yg dicap teroris masih ngaku umat terbaik. Punya kebiasaan anarkis teriak2 dan membakar properti orang masih mengaku ahlak mulia. Dari mana mulai ngomongnya yak?!


Salam

aca
www.sistemintegral.blogspot.com

Tidak ada komentar: