Senin, 16 Maret 2009

Kajian surat AZ-ZUMAR (918)-ADVANCE

Dear Bloggers,


Kajian dari surat Az zumar akan jadi sulit penerimaannya bagi yg belum membaca blog atau bagi yg baru membuka. Agak advance. Untuk itu, bagi yg belum memiliki pelajaran tentangnya jangan dulu dibaca. Bagi yg sudah kemudian memiliki pertanyaan, mangga, silahkan japri.


Penafsiran yg dibuat Ahli Kitab manapun menunjukkan surat ini menceritakan ‘alam sono’. Hal ini sudah sangat sering saya jabarkan bahwa bukan demikian. Al-Qur’an bukan kepercayaan untuk alam sono. Al-Qur’an bukan pembahasan untuk kematian nyawa. Tetapi Al-Qur’an adalah ayat2 yg menerangkan tentang kehidupan, petunjuk menjalani kehidupan itu, dan bangkit dari kematian ruhani (kesadaran), bukan jasmani.


Az-Zumar, adalah sebuah PETUNJUK. Inilah petunjuk itu;


Bismillahi rohmanirrohim,

1. Kitab (Al Quran ini) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
2. Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka mengabdilah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
3. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah DIN yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak mengabdi kepada mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.


Sengaja saya cantumkan kata na’budu dari menyembah menjadi mengabdi. Disinilah pangkal paralax pemahaman, bahwa na’budu yg berasala dari kata a’budu atau abada menjadi menyesatkan jika diartikan menyembah. Allah tidak butuh disembah. Dia Allah menginginkan pengabdian konkrete dari hambanya. Namanya juga hamba, ya tugasnya tak lain mengabdi.


Demikian juga dengan kata agama (dari bahasa sanskerta), saya kembalikan lagi kepada bentuk aslinya yakni DIN, dimana DIN bukanlah agama/keyakinan/kepercayaan, dimana DIN adalah sebuah tatanan hukum, suatu bentuk murni dari sistem sunatulloh yg bekerja setimbang terhadap alam, juga terhadap manusia.


Kenapa dikatakan Allah tidak menunjuki para pendusta dan pengingkar?
Karena Allah merupakan sebuah sistem alam yg bekrja setimbang, ilmiah, dan berdasarkan hukum alam dan sosial. Bagi mereka yg dihatinya ada kesombongan, maka automaticaly, secara otomatis hukum sebab akibat, mereka tak akan bisa menerima konsep tatanan sunatulloh, alamiah, dan ilmiah. Mereka hanya berpegang kepada tahayul, mitos dan dongeng2 yg telah terintal pada kesadarannya. Tahayul dongeng dan mitos inilah yg mereka pegang sebagai aksioma (fondasi berfikir) sehingga mereka ingkar terhadap ajaran yg ilmiah.


4. Kalau sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang telah diciptakan-Nya. Maha Suci Allah. Dialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.


Didalam injil sering disebut2 masalah anakNya. Maksudnya sama dengan anak dalam surat ini, yakni bukan anak nasab, bukan anak dalam arti darah dan daging, melainkan anak RUH, anak ruhani atau jiwa, anak kesadaran. Bukan hanya Nabi Isa atau Jesus, para Nabi dan Rasul adalah anak2 Allah. Sedangkan dalam surat Al-Alaq, dijelaskan tentang Allah tiada beranak dan diperanakan adalah sebuah bantahan terhadap anak dalam arti darah dan daging.


5. Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.


Apa2 yg menyangkut langit adalah dari Allah. Dan apa2 yg menyangkut bumi adalah dari manusia itu sendiri. Segala sesuatu yg menyangkut siang, adalah kondisi yg menggambarkan kejelasan, terang, periode dimana konsep dari Allah bisa berlaku atas manusia. Sedangkan yg menyangkut malam adalah penggambaran kondisi zulumat, jahiliah, gelap, bodoh, dimana hukum yg zalim merajalela, hukum si kuat memperdaya si lemah.


6. Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?


Min Nafsi Wahida, artinya dari seorang diri. Demikian Allah mencipta. Segala sesuatu yg dari Allah adalah dari satu menjadi dua, dari dua menjadi empat, demikian seterusnya. Sama halnya dengan sebuah pohon yg selalu ditanam dari satu biji, kemudian tumbuh dan berkembang, yg kemudian berbuah menjadi banyak.


Dalam situasi malam, dimana hukum jahiliah dan musyrik berkuasa, hukum2 karangan manusia berlaku atas manusia, hukum yg didasari atas konsensus (persamaan kepentingan dari suaru mayoritas), seorang pemimpin baru lahir bukan dari wadah musyawarah, bukan dari hasil vooting atau ditunjuk oleh orang, melainkan ditunjuk oleh Allah. Ia diberikan pemahaman konsep kesadaran yg ilmiah – dimana saat itu tidak satu manusiapun memahami sepenuhnya.


Konsep ini harus dipahami olehnya sepenuhnya, bulat, lengkap, tiada lonjong dan tiada cacat. Karena dia-lah yg nantinya memberikan “ma’idah” atau makanan dari langit ini untuk orang2 lainnya, orang2 yg belum tahu. Makanan jiwa dan kesadaran, yg kemudian untuk di-implementasikan. Makanan inilah wahyu, dan makanan ini harus menjadi ruh penggerak kesadaran, untuk kemudian di aplikasikan.


Inilah perbedaan besar antara makanan dari langit, yakni konsep DIN yg berisikan ruh dari Allah atau kesadaran konsep tatanan sosial yg ilmiah – dengan makanan dari bumi yg bentuknya kepercayaan atau agama. DIN memiliki modus IMPLEMENTASI SOSIAL. Agama, keyakinan, atau kepercayaan apapun tak memiliki modus aplikasi sosial. Ia hanya sebuah keyakinan individual, keyakinan atas sesuatu yg abstrak.


Konsep DIN berisikan kesadaran individu untuk menata masyarakat, sedang konsep agama tidak, hanya menata kesadaran individu untuk mendapat imbalan di ‘alam sono’. Agama tidak perduli terhadap masalah tatanan sosial, karena menurut mereka tatanan sosial bisa apa saja. Hukum manusia atas manusia bisa dikarang bagaimana saja, yg penting keputusan suara terkuat atau suara terbanyak. Asal masih bisa ke masjid atau ke gereja mereka tak peduli.


Sangat berbeda dengan sistem DIN yg berbicara masalah sistem hukum untuk manusia. Membangun orang2 pendahulu yg kemudian pada gilirannya nanti menjadi aparat penegak hukumnya. Sistem DIN tidak hanya membangun individu mukmin yg siap mengabdi kepada keinginan Allah semata, karena sistem DIN itu sendiri adalah kemauan Allah, yakni membangun struktur, yakni seperti pada ayat diatas, membangun kerajaan.


Prosesnya terbagi menjadi 6 tahapan. 3 tahap dalam kegelapan, 3 tahap lagi dalam terang. Mengapa dikatakan di ayat 6 tsb Allah menjadikan mukmin 3 tahapan kegelapan? Apakah Allah sedang bicara ginekologi saja atau ayat aplikasi ?!


Mengenai tahapan2 ini, akan dibahas dalam kajian khusus pada topik yg lain.

7. Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu[1307] dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain[1308]. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu.


Sebagai Da’i, apabila kita menjelaskan konsep ini, sampaikan saja apa adanya. Jangan disiasati supaya ia mau menerima dan jangan dihalangi supaya ia mau menolak (sekiranya anda men-judge isi hatinya jelek). Sampaikan saja apa adanya. Jangan dikurangi dan jangan ditambah. Karena pada dasarnya Allah tidak memerlukan keimanan seseorang. Allah tidak pernah memohon. Hambanyalah yg seharusnya memohon untuk diberikan keimanan.


Yang jelas Allah tidak mentolerir penolakan (awas,, kafir bukan berarti orang beda agama,, tapi orang yg menolak konsep sistem DIN). Dan kita sebagai da’i juga tidaklah berhak menghakimi disaat malam hari. Tunggu saja Fajar datang (siang/kemenangan), dan itupun setelah 3 bulan haram (amnesti masal). Dan Allah mengetahui apa yg tersimpan di dalam dada mereka (qolbu sebenarnya bukan paru2, melainkan pusat kesadaran).


8. Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka."


Ayat ini juga bukan berupa cerita individu seseorang yg sadar dikala kebalangsak dan hilaf dikala makmur. Bukan,., bukan itu. Disini Allah sedang membicarakan sebuah kaum/komunitas/atau golongan. Kaum mukmin yg pada suatu masa dikala malam (kondisi malam/jahiliah) memohon pertolongan untuk bisa keluar dari hukum manusia, hukum jahiliah dan hidup dalam kerajaan Allah, untuk bisa mendapat nikmat (menang).


Bukan nikmat berkuasa dan memiliki negeri2 dan tanah kekuasaan, atau nikmat menjadi penguasa dengan istana yg banyak, melainkan nikmat bisa hidup berdasarkan konsep tatanan yg ilmiah, konsep DIN yg murni yg bersumber dari hukumNya saja. Itulah kondisi terang, siang hari, kondisi dimana mukmin menjadi muslim. Muslim asal katanya dari salam, aslama, artinya tunduk/taat pada Kerajaan. Kerajaan atau kekuasaan yg dasar hukumnya adalah sistem DIN.


Kemudian seperti halnya dalam sejarah Bani Israil, sejarah umat Muhammad, semuanya akan kembali lupa. Umat Muhammad sama halnya dengan umat Bani Israil, mengadakan sekutu2 bagi Allah, membuat hukum2 parsial tersendiri, mengatur manusia bukan berdasarkan hukum yg dari Allah, hingga mereka musyrik, berpecah belah, ber-golongan2. Mereka kembali hidup dengan hukum lain dan memecah belah DIN mereka (QS 2:165) (QS 30:31). Itulah kehidupan jahiliah yg berikutnya.


Sejarah perjalanan umat yg dipimpin seorang pembawa risalah akan terus berulang, dan akan selalu demikian. Inilah yg namanya Sunatulloh. Dan tidak ada perubahan dalam sunatulloh itu (QS 17:77).


9. (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.


Apakah orang2 yg berhukum kepada hukum thaghut, hukum buatan konsensus atas dasar persamaan kepentingan lebih beruntung? Secara kasat mata sepertinya demikian, namun Allah berfirman bahwa orang2 yg mengabdi pada kondisi malam (DIN tidak tegak), yg mengabdi se-mata2 hanya atas dasar mencari rahmatNya-lah yg lebih beruntung.


10. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu." Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.


Yang dimaksud hamba2-ku yg beriman adalah orang mukmin, orang yg telah berjanji setia kepada Allah untuk mengabdi kepadaNya saja, mengabdi kepada sistem hukumNya saja. Perintah bertaqwa adalah bertawakal, beserah diri sepenuhnya kepada kemauan Allah, yakni dengan cara melakukan amal sholeh. Amal sholeh atau berbuat baik bukan mengganti karpet masjid dengan yg baru atau ngasih uang pengamen dan pengemis di lampu merah, melainkan beraktifitas dalam rangka memberlakukan DIN supaya tegak.


Aktifitas ini tidak begitu saja berjalan mulus. Aktifitas ini akan menghadapi halangan dan rintangan yg luar biasa dari orang2 yg tidak senang akan tegaknya sistem hukum DIN. Kalangan orang yg tidak senang bukan hanya datang dari kalangan sekuler murni, melainkan juga dari Ahli Kitab sekuler dan kaum agama.


Untuk itu diperlukan orang2 yg kesabarannya luar biasa. Orang2 yg kesadaran jiwanya dipenuhi ruh Allah, keinginannya adalah keinginan Allah, dan orientasi hidupnya adalah dalam rangka mengabdi kepada keinginan Allah semata. Orang2 ini telah menukar jiwanya dengan ruh Allah, serta membelanjakan hatanya dijalan Allah.
(QS 9:111) Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.


11. Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya mengabdi kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam DIN.


Kata2 menyembah saya kembalikan lagi kepada ‘mengabdi’. Dan kata ad-din saya kembalikan lagi artinya dari agama ke DIN. Langsung semuanya menjadi jelas. Jelas bahwa perintah Allah untuk mengabdi kepadanya tak lain adalah dengan memurnikan ketaatan dalam bentuk DIN.


Kata2 memurnikan mengandung arti yg dalam. Memurnikan artinya mengembalikan sesuatu yg telah bercampur (kotor) menjadi sesuatu yg asli. Misalnya memurnikan air sungai yg kotor untuk kembali bersih seperti asalnya waktu dari sumber mata air. Jadi DIN sangat mungkin untuk kotor atau bercampur. Itulah sebabnya perlu dimurnikan.


12. “Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri”.


Ini ayat dalam sekali. Jika awalul muslimin (orang2 yg per-tama2) ngikutin Nabi, tentu bukan orang2 pada fase DIN sudah tegak. Bukan orang2 yg bergabung di Madinah, fase dimana bendera sudah berkibar. Melainkan orang2 yg pertama bergabung seperti Khadijah, Abu Bakar, Usman, Umar, Ali, Arqom, dan orang2 yg pertama menerima DIN.


Orang2 ini berani mengambil keputusan dikala DIN belum tegak. Mereka komit (beriman) terhadap sesuatu yg benar2 ghoib. Bagaimana tidak ghoib, wuong baru Muhammad saja yg mempresentasikan konsep itu, belum ada yg lain. Mereka bisa menerima konsep DIN hanya lewat presentasi Muhammad. Mereka ‘nalar’ terhadap konsep itu dan mengadakan sebuah komitmen (Perjanjian). Iman asal katanya dari berjanji (ayman). Ikatan perjanjian untuk menegakkan inilah yg disebut dengan komitmen umat. Tidak bisa dikatakan sebuah umat jika tidak ada komitmen terhadap visi dan misi.


13. Katakanlah: "Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar jika aku durhaka kepada Tuhanku."


Hari yg besar adalah hari dimana terjadi pergantian kekuasaan. Malam menjadi siang. Orang2 yg teraniaya bisa mengalahkan orang2 yg menganiaya. Itulah hari kemenangan, hari yg besar. Hari ini disebut juga hari pembalasan, hari penghakiman, hari kiamat, yakni kiamat buat para penentang tegaknya Kerajaan Allah. Bahasa Arabnya Futuh.


14. Katakanlah: "Hanya Allah saja aku mengabdi dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) DIN."


15. Maka mengabdilah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia[1309]. Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat." Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.


Karena kiamat itu adalah hari pembalasan, hari penghakiman. Hari dimana kekuasaan Bathil dikalahkan.


16. Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah merekapun lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah Allah mempertakuti hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku.


Benarkah pada hari kemenangan kekuasaan Kerajaan Allah mereka dibakar ? Ataukah mereka dibakar setelah mereka bangun dari matinya ? Siapa yg membicarakan hari kebangkitan setelah kematian nyawa ?! Bukan saudara, ayat ini bukan ngomongin siksaan di alam ‘sono’, melainkan hukuman bagi para pendusta, yakni kaum yg tidak mau menerima kekuasaan Kerajaan Allah. Mereka umumya lari ke luar negeri atau melakukan perlawanan separatis dikampung2, dikalahkan, dan ditangkapi. Inilah hukuman setimpal bagi mereka yg tidak menerima sistem hukum DIN dari tegaknya Kerajaan Allah. Sengsaranya kehidupan mereka bagi dipanggang pada api yg berlapis2. Hanya gambaran api yg bisa memvisualisasikan kesengsaraan secara proporsional.


17. Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak mengabdi kepada-nya[1310] dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku,


18. yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya[1311]. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.


Berita gembira adalah berita kebenaran, wahyu Allah, itulah berita atau berita gembira. Yang dapat menerima berita itu hanyalah orang2 yg mendapat petunjuk. Siapakah orang2 yg bisa mendapat petunjuk,,.. ya orang2 yg menggunakan akalnya, akal sehatnya untuk berfikir terhadap wahyu, menginstalnya, dan mengganti kesadaran lama (file2 lama yg sudah kadong terdownload) dengan kesadaran wahyu. Tanpa akal untuk berfikirnya, wahyu tidak akan terinstal, karena akan terpental oleh doktrin2 lama, bahkan menganggap wahyu itu sebagai virus.


19. Apakah (kamu hendak merobah nasib) orang-orang yang telah pasti ketentuan azab atasnya? Apakah kamu akan menyelamatkan orang yang berada dalam api neraka?


20. Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.


Sudah jelas hukuman bagi sub-versib sistem kekuasaan DIN, Kerajaan Allah. Tak ada ampunan bagi mereka, karena orang2 yg membangkang terhadap sistem yg tunggal hanya akan membahayakan keberadaan sistem secara keseluruhan. No excuse. Sedang orang2 yg bertaqwa adalah orang2 yg teguh terhadap perjanjiannya, konsisten terhadapresiko perjuangan, dan tetap pada komitmennya untuk menegakkan DIN.


Bagi mereka, disediakan tempat2 yg tinggi dalam struktur Kerajaan Allah. Dimanakah itu ? Ya di puncak2 kepemimpinan. Tempat itu bagaikan tanah yg subur yg dialiri sungai2. Inilah Jannatu Adnin (kebun yg dekat), bukannya sorgaloka. Kenapa otak kita sebelumnya nyambungnya ke sorga nanti setelah mati ?! wah,,, itulah reaksi dari sebuah doktrin. Dari kecil sudah di cekoki surga setelah mati yg di dalamnya banyak istana, emas berlimpah yg gemerlap, dan bidadari yg cantik jelita.


Kalau mau di lacak, gambar halusinasi ini adalah bayangan daripada hawa nafsu basic dari manusia. Inilah yg menyebabkan Jannah menjadi gambar halusinasi ini.


21. Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.


Air dari langit itu adalah wahyu. Apa2 yg dari Allah selalu disebutkan dari langit. Sedangkan tanaman atau pohon, adalah sesuatu yg disirami oleh air. Tanaman atau pohon adalah mukmin2 atau komunitas mukmin yg dengan air dari langit itu mereka bisa hidup. Mereka bermacam ragam warnanya, besar, jaya, tua, redup, seperti pohon yg ke-kuning2an, untuk kemudian hancur dan mati. Ayat ini hanya dapat dimengerti bagi mereka yg memiliki akal.


22. Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima)DIN Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.


23. Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah,
niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.


Orang sering mempermasalahkan Hadist. Padahal Al-Qur’an adalah Ahsanal Hadist (perkataan yg paling baik). Gemetar ketika mengingat Allah. Apanya yg diingat dari Allah hingga orang mukmin gemetar ? Halusinasi Jasad Allah kah yg begitu besar?! Halusinasi Bentuknyakah yg menawan seperti sinar?! Atau halusinasi2 lainnya ?


Tidak saudara. Yg membuat mukmin gemetar adalah takutnya akan kewenangan dan kegagahan hukum yg berlaku. Senantiasa menjunjung tinggi hukum itu dikala sebelum dan sesudah masa penaklukan/kemenangan/Futuh.


24. Maka apakah orang-orang yang menoleh dengan mukanya menghindari azab yang buruk pada hari kiamat (sama dengan orang mukmin yang tidak kena azab)? Dan dikatakan kepada orang-orang yang zalim: "Rasakanlah olehmu balasan apa yang telah kamu kerjakan."


25. Orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul), maka datanglah kepada mereka azab dari arah yang tidak mereka sangka.


26. Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. Dan sesungguhnya azab pada hari akhirat lebih besar kalau mereka mengetahui.


Inilah hari kiamat, hari pembalasan, hari penghakiman, yakni hari dimana hukum Allah bisa tegak, kerajaan Allah bisa berkuasa, dan mekanisme sosial diatur oleh hukum ini, bukan lagi oleh hukum manusia. Hari kiamat bukan berarti hancurnya alam semesta. Hari kiamat adalah hancurnya tatanan bathil didunia ini. Kita belum merasakan tatanan dunia menjadi sesuai, karena hari ini kita merasakan tatanan yg gelap gulita. Namun apabila tatanan itu bisa tegak, maka orang2 yg menjegal program tatanan itu akan mendapat balasannya, menemui pengadilannya, itulah hari pembalasan, bukan hancurnya alam semesta fisik.


Demikian kajian surat Az zumar sampai dengan ayat 26.
( BERSAMBUNG)


Salam
aca

1 komentar:

insidewinme mengatakan...

Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu