Kamis, 05 Maret 2009

Mengumpulkan Bekal atau memenuhi pesanan Tuhan (by DJ Hadi)

Mengumpulkan Bekal atau Memenuhi ”Pesanan” Tuhan
(Bagian 1)

Salam Bloggers , Ada sebuah Istilah/ungkapan yang sudah mengakar di tengah masyarakat kita.
Istilah itu ialah mengumpulkan bekal untuk kehidupan akhirat.


Istilah ini tentunya tidak asing terdengar di telinga kita.
Memang istilah ini tidak sepenuhnya salah, akan tetapi akan terdapat banyak mispersepsi dan pertanyaan jikalau kita tidak mengetahuinya.
Sebagai contoh : Jenis perbekalan apa saja yang harus kita bawa? Dan seberapa banyak bekal tersebut?


Bloggers, satu dari dua pertanyaan di atas saja, kita akan dihadapkan pada hal yang matematis, dimana hal tersebut berkaitan dengan dengan jumlah atau angka baik itu jenis perbekalan dan banyaknya perbekalan. Dimana semakin banyak jenis perbekalan akan semakin bagus begitu pun dengan jumlahnya. Akan tetapi sampai saat ini tidak ada alat yang canggih yang mampu mengukur berapa jumlah perbekalan yang sudah dikantongi.


Bloggers..Makanya tidak heran istilah ini menimbulkan mispersepsi dalam berfikir dan bertindak, sehingga banyak orang yang beranggapan ...Selagi ada kesempatan ya..korupsi aja ’ntar kan bisa tobat, hasil korupsinya bisa buat bangun mesjid atau berinfak biar pahalanya masuk ke kantong kita.


Bloggers, Sayangnya amal baik itu bukan seperti timbangan beras, marilah kita gunakan rumus matematika persamaan. Bila amal baik lebih banyak ketimbang amal buruk akan masuk surga, sebaliknya bila amal buruk lebih banyak ketimbang amal baik akan masuk neraka. Pertanyaannya kalau amal baik dan buruknya berimbang? Ini akan jadi pertanyaan besar bloggers....Kasus ini akan selalu menggantung tentunya, noh....kaya kasus para koruptor yang sampai saat ini belum jelas penyelesainnya. Bukankah Allah menciptakan segala sesuatunya berpasangan....Ada surga dan neraka, laki-laki dan wanita, siang dan malam. Inilah yang di dalam Al-Qur’an disebut dengan azwaja.


Mari kita bayangkan seseorang yang akan menempuh perjalanan yang belum pernah dialami sebelumnya. Fikirannya hanya akan tertuju pada bekal yang ia perlukan saja (disukai) atau self-oriented only yang hanya didengar kata orang tanpa dianalisa sehingga menjadi jelas.


Istilah yang ke dua yaitu Memenuhi ”Pesanan” Tuhan. Ungkapan ini akan menstimulate otak kita apa sih Pesanan Tuhan?
Tentunya pesanannya itu penting bukan...? Wuong Tuhan kita.


”Carilah pada apa yang Allah datangkan kepadamu (sesuatu yang dapat menyelamatkanmu) di akhirat, tanpa melupakan bagianmu dari kehidupan dunia. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. (Al-Qoshosh:77)


”Sesungguhnya kami telah menyodorkan amanah ini kepada langit, bumi dan gunung-gunung, lalu mereka enggan memikulnya karena takut tersias-siakan. Lalu dipikullah amanah itu oleh manusia. Sedangkan manusia itu amat dholim dan amat bodoh (tidak tahu). (Al-Ahzab:72)


Dari dua ayat di atas ada dua kata yang bisa digaris bawahi. Yang pertama MENCARI dan AMANAH. Mencari amanah adalah proses yang tidak mudah karena boleh jadi amanah yang diemban tidak sesuai dengan pesanan Tuhan, perlunya proses pencarian sehingga amanah itu jelas sesuai pesanan. setelah amanah itu jelas, dalam artian original, legal dan actual barulah kita mulai mengembannya. Memang sih kebanyakan orang ’gak sanggup mengembannya, wuong langit yang gede, bumi ama gunung-gunung aja nyerah, lantaran saking beratnya amanah.


Allah menggambarkan betapa penting dan beratnya amanah-Nya ini dengan kalam-Nya sebagai berikut.

”Kalau seandainya Al-Qur’an ini kami turunkan pada sebuah gunung, pasti kamu lihat gunung itu tunduk ambruk karena takutnya kepada Allah. Dan itulah perumpamaan bagi manusia agar mereka berfikir. (Al-Hasyr:21).


Di dalam Al-Qur’an ada sebuah ayat yang menjadi rujukan buat kita mencarinya

Jika kamu mengikuti kebanyakan orang di muka bumi, pasti mereka menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan, dan mereka tidak lain hanyalah mengada-ada. (Al-An’am:116)

Ayat di atas sebenarnya sangat jelas memberikan panduan agar jangan mengikuti kebanyakan orang di muka bumi, karena pasti menyesatkan............Karena mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan.


Ini bukan berarti kita harus gabung ama barisan yang pake baju putih-putih, yang tugasnya cuma gebukin orang, ngerusak ama teriak.........
atau ngikutin kaum yang suka menyendiri, mengisolasi diri untuk menunda kenikmatan dunia demi kenikmatan di akhirat,
bukan juga kelompok yang suka bakar petasan, dor sana sini dengan dalih demi perjuangan.
Terlebih noh....ono... yang suka tancap bendera sana sini, padahal
setahu kita Cuma ada satu bendera yaitu merah putih.


Katakanlah: "Maukah Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka (merasa) bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah mengingkari ayat-ayat Tuhan-Nya dan tak peduli perjumpaan dengan-Nya, maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu perhitungan (mizan) bagi mereka pada hari kiamat. (Al-Kahfi:103-105)


Ayat di atas Allah tegaskan jangan sampai salah berbuat, karena ’gak bakal ada perhitungan/mizan,
Wuong yang dikerjain bukan ”pesanan”Nya.


Jadi jelas pengertian mengumpulkan bekal akan sangat jauh berbeda dengan memenuhi ”pesanan” Tuhan. Dan setiap individu harus berjuang mencarinya, sudah barang tentu pesanan Tuhan yang harus diantar melalui jalan yang lurus, itulah doa yang selalu kita minta dalam sehari semalam sedikitnya 17 kali,dimana dalam bahasa bakunya adalah Shirotol Mustaqim.


Lalu apakakah ”Pesanan” Tuhan itu? Berupa apakah ia ? Apa dan seperti apakah shirotol mustaqim itu? bahasan ini akan dilanjut pada episode berikutnya.


Salam
DJ. Hadi.

Tidak ada komentar: