Selasa, 10 Maret 2009

Matematika ilmu alam dan ilmu sosial (934)

Dear Bloogers,


Sebelum baca tulisan ini ada baiknya membaca terlebih dahulu posting dengan judul 'ilmiah dan ayat kursi'. Artikel kali ini adalah sambungannya.


Apa yg terjadi pada alam adalah hasil proses Sunatulloh yg bekerja pada alam. Air yg mendidih pada 100 derajat Celcius, udara yg bergerak dari ruang yg bertekanan tinggi kpd yg bertekanan rendah, benda2 yg jatuh ke bumi tertarik oleh gravitasi, adalah proses yg disebut dengan Sunatulloh (bekerjanya Sunah Allah).


Demikian Allah bekerja, yakni melalui milyaran malaikat yg tak terhingga jumlahnya. Malaikatlah yg membuat air menjadi blubug-blubug bergelembung. Malaikat juga yg bertugas mendorong udara2 tadi. Hingga jika anda melompat ke udara, anda akan ditarik kembali ke tanah oleh malaikat yg bertugas mengurus gravitasi.


Itulah yg dimaksud SUNATULLOH FIL KHOLQI (hukum Allah yg bekerja pada alam). Allah yg menciptakan hukum2 itu, Allah yg menetapkannya, malaikat yg menjadi pesuruh/petugasnya. Tak ada satu benda yg ada di alam semesta yg tidak taat pada hukum itu. Tak mungkin ada ciptaan yg bisa melawannya. Semua tunduk patuh terhadap hukum dan ketetapannya. Itulah Sunatulloh yg bekerja pada alam.


Sunatulloh bekerja secara seimbang, teratur, mizan. Alam fisika adalah bentuk ciptaannya yg bekerja secara matematis. Tak ada yg tidak punya rumus. Semua ada rumus/formula/matematikanya. Manusia baru sampai pada teknologi yg sekarang, yg tiada sebanding dengan ilmu Allah secara keseluruhan yg ada atau bekerja pada alam. Masih banyak dan banyak lagi kiranya Sunatulloh alam fisika, namun kemampuan maksimal manusia menghitungnya saat ini, baru sampai kepada E=mc2, dan itupun belum semua teraplikasikan.


Formula makronya Allah yg punya. Ilmuwan dan peneliti alam berusaha menguak tabir dan hijab itu, mengintip2, dan mendengarkan sebahagian Kataba (ketetapan) Allah pada alam. Allah memberikannya secuil, mungkin seper-seribu cuil, mungkin seper-semilyar cuil. Tak ada ciptaan yg diberinya cuilan ilmu dimuka bumi selain manusia. Karena tak ada mahluk satupun di bumi yg bisa belajar selain manusia. Ilmunya akan selalu diberikan kpd siapapun ia yg berusaha mempelajarinya.


Sampai disini, bloggers dan pembaca pasti masih setuju. Tetapi ketika kita bicara salah satu cabang Sunatulloh yg lain, yakni SUNATULLOH FIL KHULUQI (hukum Allah yg bekerja pada mekanisme hubungan antar manusia), banyak orang tak mau menanggapi. Bahkan, sebagian besar manusia menolaknya.


Sunatulloh tdk hanya bekerja pada mekanisme alam, namun juga pada mekanisme sosial. Bahkan, sesungguhnya alam sosial budaya adalah bagian dari alam yg diciptakanNya juga. Baik alam fisika maupun alam sosial budaya manusia, semua adalah hasil ciptaanNya. Kenapa kita hanya mengimani sebagian dan mangkafiri sebagian lainnya. Mengapa kita fine2 saja ketika bicara hukum dan ketetapan Allah buat alam namun jadi gerah dan gelisah ketika bicara hukum dan ketetapan Allah buat tatanan sosial?


Urusan alam adalah ciptaan Allah. Mekanisme alam diatur oleh Allah. Namun urusan manusia seperti punya pengecualian, peraturan dan mekanisme hubungannya seperti semau2nya manusia itu sendiri.


Tatanan yg dibuat sesuai dengan kebutuhan sepihak. Aturan yg diciptakan sesuai dengan kepentingan sang penguasa. Hukum yg menjadi landasannya bukan hukum dari Tuhan, melainkan hukum dan kepentingan suara terbanyak atau suara terkuat.


Hari ini hukum adalah konsensus (suara terbanyak). Banyak tak disadari bahwa prinsip ini menimbulkan exploitasi dan penindasan terhadap golongan atau pendapat minoritas.


Hari ini, hukum adalah angin yg terkuat. Manusia spt ilalang. Tertiup kesana kemari mengikuti arah angin.


Kalau ada yg mengatakan kebenaran adalah hukum, berarti kebenaran bukan sesuatu yg absolut. Tidak paten, karena parsial dan kondisional,, bergantung dari daerah dan masyarakat di suatu wilayah, karena sebuah hukum keberlakuannya bergantung kpd wilayah itu sendiri dan masyarakatnya.


Kalau kebenaran adalah suara orang banyak, berarti kebenaran juga tidak absolut, karena ia akan selalu berpihak kepada pendapat mayoritas. Sedangkan banyak sekali kasus yg kita temui ketidak adilan pada pendapat orang banyak.


Jadi kemanakah kebenaran itu berpihak?
Bloggers, sungguh, saya tidak tahu. Karena definisi kebenaran itu sendiri berbeda2 pada tiap orang.


Ada yg bilang kebenaran is Gold (kemakmuarn itulah kebenaran).
Ada yg kebenarannya is Glory (derajat kemuliaan dimata masyarakat).
Ada pula yg bilang kebenaran is Gospel (injil / kitab suci / maksudnya akherat).


Kali ini, saya bukan hendak mengajak anda pada yg namanya KEBENARAN. Kata itu sudah usang. Setiap orang merasa memiliki nama tengah dengan kata itu.


Saya hendak mengajak anda kepada sebuah matematika konsistensi pemikiran. Kenapa matematika? Karena semuanya, segala hal yg ada di alam semesta, pada dasarnya punya formula matematis sendiri2.


Jangan ditanya dari mana 1 + 1 = 2.
Semua adalah dari Allah. Cuma Dia yg bisa mencipta benda2 menjadi ber-bilangan2. Manusia hanya diberi penglihatan sedikit terhadap kesetimbangan itu. Yakni penglihatan kesetimbangan persamaan 1 + 1 = 2.


Demikian juga dengan kesetimbangan benda2 langit. Begitu tepatnya matematika persamaan berat bulan, berat bumi, jarak dan kecepatan edar bulan, hingga bulan tak tetarik oleh gravitasi bumi, atau terlempar oleh gaya centripetal dan centrifugal. Demikian seimbangnya matematika ketiga gaya tadi. Kita bisa melihat kasus yg sama pada planet2 lain terhadap matahari.


Dan demikian juga dengan mekanisme alam sosial. Jikalau pencipta alam punya matematika terhadap alam benda2, tentunya ia punya sistematika dan matematika terhadap alam sosial manusia. Mustahil alam sosial diciptakanNya tanpa perhitungan, tanpa persamaa, dan tanpa hukum kesetimbangan sosial.


Pencipta berhaq dan layak sebagai pengatur. Demikian pada alam, demikian juga pada manusia. Hukum dan ketetapannya bekerja pada benda2 ciptaanya. Hukum dan ketetapannya juga berlaku atas manusia.


Hanya saja si manusia ini punya kelebihan. Ia punya dua periode didalam sejarahnya. Periode malam dimana gelap, saat hukum dan ketetapan Pencipta diacuhkan oleh manusia. Dan periode terang benderang, saat hukum ketetapanNya diberlakukan oleh manusia.


Salam
aca

Tidak ada komentar: