Sabtu, 27 Desember 2008

cerita di'sono'

Dear Pembaca,


Apakah benar hari ini Pencipta jagad raya ini sebagai pengatur ?
Saya kira jawabannya pasti ya.


Namun benarkah Pengatur alam ini juga sebagai pengatur kehidupan manusia ?
Bukan persoalan kapan manusia lahir kapan dia sakit atau kapan dia mati. Itu sebuah mekanisme alam.
Tapi persoalannya apakah urusan hidup manusia diatur oleh hukum dari Pencipta ?


Apakah mungkin aturan itu diterapkan ?
Atau mungkin pertanyaannya lebih mendasar lagi, apakah ada hukum dari Pencipta itu (buat ngatur si manusia) ?
Kalau pertanyaannya seperti itu, bahwa adakah software untuk mengatur manusia, sama saja pertanyaan apakah hardware itu membutuhkan software, atau apakah ada software itu. Saya kira kita tidak akan mundur sejauh itu. Kita sepakati saja bersama bahwa software itu tentu saja ada. Pencipta tidak mungkin lupa membuat sesuatu tanpa mekanisme bekerjanya. Tanpa sistemnya.


Itulah sebabnya Ia tidak hanya mencipta, karen Ia juga Pengatur. Sebab Pencipta bumi ini tidak akan membiarkan bumi yg diciptakannya diam dan tak bekerja. Ia akan mengatur ciptaannya lewat hukum2nya. Hukum kekekalan energi, adalah salah satu hukum yg dibuatnya untuk mengatur kinerja energi dan materi. Hukum gravitasi, adalah sebuah hukumNya juga yg diciptakannya untuk mengatur benda2 kembali ke bumi. Juga mengatur orbit planet2 agar beredar sesuai orbitnya.


Sedangkan untuk mengatur manusia, Pencipta juga membuatkan sebuah aturan dan hukum yg mengatur hubungan antara manusia itu.


Ketika seseorang menyatakan dirinya wakil dari Pencipta, untuk mengatur manusia2, ada segolongan orang yg protes. “kenapa kamu yg jadi pemimpin untuk mengatur ?”.” Kamu khan orang biasa, kalau kami khan golongan dan keturunan lebih tinggi?!”. “Kamu datang dari kalangan grassroot, sedang kami lebih tinggi derajatnya dari kamu dan lebih berpendidikan”.


Protes hanya terjadi dikalangan tertentu, yakni orang yg sombong, orang2 yg merasa mereka datang dari kalangan yg lebih baik. Sedangkan kalangan dan golongan lain menyatakan dirinya/golongannya taat kepada orang yg menyatakan diri wakil Pencipta itu setelah mereka melihat dan mendengar penjelasan2 tentang software yg dibawanya dari Pencipta. Kalangan ini mengakui dan mentaati orang itu sebagai wakil Pencipta tanpa melihat bukti melainkan hanya melalui penjelasan dan pemahaman akal-budi.


Orang2 sombong itu tidak puas. Namenye juga orang sombong, die malah ngancem, “ Loe jangan blagu dech,., awas, entar ane godain anak buah ente. Ane ojog2in die orang, supaya rusuh, supaya kisruh, supaya die orang tergiur, ampe die orang bakalan pengaruhin ente sampe Kerajaan ente ini tumbang-bang-bang.,.,


Demikianlah permusuhan antara orang2 sombong itu dengan wakil dari Pencipta dengan Kerajaannya berlaku untuk selama-lamanya. Karena ketaatan berbeda dengan kesombongan. Atas bukan bawah. Siang bukan malam. Dan gelap bukanlah terang.


Alkisah, sang wakil memimpin kerajaan itu dengan makmur dan damai. Kepemimpinannya senantiasa merujuk kepada hukum dan aturan Penciptanya. Tatanan yg dibuat tidak keluar dari hukum dan aturan itu. Ia sadar, memimpin adalah mengatur. Dan mengatur tak ada pilihan lain kecuali dengan aturan dari yg menciptakan segalanya, yg menciptakan alam dan seisinya. Ia dan kerajaannya senantiasa memakan makanan dari langit. Bukan makanan untuk pengisi perut, melainkan makanan jiwa dan akal budi. Ia makan dari pohon yg baik.


Berbeda dengan yg dilakukan sang wakil, sang sombong dan kawan2nya, mereka hidup dengan makanan dari bumi. Mereka memimpin dan mengatur orang dengan tatacaranya sendiri. Tata nilai, budaya, dan etika berkembang kearah yg berbeda. Sang sombong mempunyai cara tersendiri mendapatkan air bersih. Ia mengebor bumi, mengeksploitasi alam. Termasuk mengeksploitasi manusia. Juga mengeksploitasi dirinya. Para ahli fikir dikumpulkan untuk merumuskan bagaimana caranya mengatur orang2. Namun tentu saja, aturan itu senantiasa mendahulukan kepentingan dia dan golongannya diatas kepentingan orang lain.


Orang2 sombong bukanlah orang2 yg tidak mengenal Pencipta. Mereka siang malam senantiasa menyembah Pencipta. Tidaklah mungkin mereka tidak mengenal, wong bumi bulan matahari siapa yg bikin kalau bukan sang Pencipta. Mereka tahu itu, dan mereka senantiasa menyembah sang Pencipta. Tapi untuk urusan hukum, urusan aturan, entar dulu. Orang2 ini punya pertimbangan banyak untuk mengakui hukum dan aturan langit. Alasannya beragam. Dari mulai antropologi dan budaya, sampai pertimbangan humanistik holistik mrikitik, dll-tik. Sehingga jawaban mereka adalah, “NON-SEN, tatanan langit bisa diimplementasikan”.


Alkisah, bumi berputar waktu berjalan. Kerajaan2 sombong ini senantiasa menjadi satelit Kerajaan sang Wakil. Tak ada yg dapat mengalahkan Kerajaan sang wakil, selama sang wakil dan para penerusnya, keturunan2nya, senantiasa memakan makanan yg baik saja. Demikian Kerajaan sang wakil ber-estafeta kepada wakil2 berikutnya. Kemakmuran dan keadilannya sulit untuk dilukiskan. Bagaikan di surga. Sebutan lainnya adalah Kerajaan Surga. Kita tak bisa melihat komparasinya sebab berbeda masa dengan kita hari ini.


Sang wakil dan para penerusnya senantiasa menjaga kemurnian air dan makanan dari langit ini. Peraturan dan hukum yg mengatur sesuai dengan kehendak Pencipta. Inilah yg disebut Pencipta adalah Pengatur.


Sebuah pesan estafeta disampaikan dari wakil ke wakil berikutnya, dari generasi ke generasi berikutnya, “JANGAN DEKATI POHON ITU”.


Maksudna teh, jangan minum air dari bumi, jangan makan makanan bumi untuk makanan jiwa. Jangan mengeksploitasi manusia atas manusia, karena hanya akan menjadikan kita sama dengan kaum sombong, kaum yg tidak pernah mau diatur oleh aturan yg dibuat oleh Pencipta. Jangan dekati pohon itu tidak lain adalah pohonnya orang2 sombong.


Kalangan sombong dari Kerajaan2 Satelit akan senantiasa menggoda, merayu, mempresentasikan tatanan dan gaya hidup mereka, hukum dan budaya dari peradaban mereka. Yang digoda tentu bukan sang Raja. Bukan sang juga sang Ratu. Tidaklah mungkin menggoda sang Pemimpin langsung. Yg digoda tidak lain adalah ‘pasangannya sang Pemimpin’. Siapa pasangannya Pemimpin? Ya yg dipimpin, alias rakyat, alias umat. Iming2nya begini ;


“Hai penghuni Kerajaan surga, ente apa kagak bosen ama makan nyang dari langit mlulu ?! , kalo ente mau nyobain ini buah, pasti ente bakalan berkah, malahan ente bisa tinggal selama2nya di Kerajaan surga. Kerajaan ente bakal lebih sempurna”.
”Gih sono, bilang sama Raja ente, rayu dia untuk nyobain buah dari pohon itu. Percaya dech ama ane, jaman udah berubah,., makanan yg ono udeh ketinggalan jaman, sekarang jamannye demokrasi, keterbukaan, dari bawah untuk bawah, mosok dari langit melulu”.
”Eh ente para penghuni Kerajaan Surga, bilang ame Raja ente ye.., urusan langit, kite orang juge kagak ade yg lupe ma Die,.,, namenye juge Pencipte kite, mase kite lupee.. nyang penting, rajin sembayang. Mase kagak kite sembah. Urusan politik, hukum, ude basi pake langit2an. Coba nich ente liat Kerajaan nyang ane bikin,., cakep khan,., modern khan.,. gak kayak ente. Kaya tapi kuno. Gidach...! omongin baek2 sono ame Raja lu”.

Pembaca, gitu tuch kira2 godaan si golongan sombong alias golongan manusia ular. Kenapa ular? Karena licik. Gerakannya diam tak terlihat, giliran meleng dia matok. Mereka tak henti2nya menggoda umat dari sang wakil, sampai suatu ketika, umat mulai tergoda. Mereka mulai mendekati pohon itu. Umatlah yg pertama memakannya.


Kemudian setelah itu, umatpun mulai kemasukan arus modernisasi yg dihembuskan Kerajaan sombong. Rakyat merasakan efek buah terlarang itu. Sepertinya enak, nikmat. Mula2 sepertinya beberapa konsep langit perlu dimodifikasi. Arus inipun mulai sampai dikalangan menengah, yg kemudian kekalangan atas. Semua terjadi secara gradasi, bukan tiba2. Fenomenanya tidak ada yg krusial melainkan setahap demi setahap hingga sampai kepada sang wakil. Singkat cerita, akhirnya sang Wakil pun tergoda, hingga ia pun memakan buah terlarang itu.


Dan tiba2 saja, setelah ia memakan buah itu, iapun telanjang. Terlihatlah kemaluannya. Pakaian sang wakil hilang, lepas, dari badannya. Pakaian apakah itu? Tidak lain adalah ‘pakaian taqwa’, ”busana kepatuhan dan ketaatan”nya pada Pencipta hilang lenyap. Sang Wakil tidak bisa menjaga estafeta dari Wakil2 sebelumnya yakni menjaga kemurnia dan kepatuhan terhadap sistem dan tatanan model Pencipta. Ia tergiur oleh model lain. Hukum dan tatanan buatan orang2 sombong.


Ini bukan peristiwa istimewa yg terjadi Cuma satu kali, melainkan sebuah drama yg selalu berulang pada kehidupan sejarah umat manusia.


Sejarah berkuasanya Wakil Allah, tegaknya Kerajaan Allah bukan hanya cerita sekali, melainkan berkali2.
Sejarah tergodanya Wakil2 Allah juga bukan sekali, karena juga berkali2.
Kisah ini adalah blue print kehidupan manusia antara tunduk kepada tatanan dan aturannya atau membangkang dan tergoda dengan hukum atau tatanan lain yg bukan dari Allah. Demikian dan akan selalu demikian.


Salam
aca

1 komentar:

Anonim mengatakan...

بسم الله الرحمن الرحيم
Kerajaan Tuhan yang dihuni para wakil itu berstruktur and kalaupun mundur Dia dalam tersembunyi atau di dalam kubur. Dia pasti akan bangkit dan tegak atas orang-orang kufur. Ente percaya kagak kalau kerajaan itu benar-benar ade hingga ane bisa menuliskannya sekarang?
والحمدلله رب العالمين