Senin, 05 Januari 2009

sang Pengantin (904)

Dear Bloggers,


Ada sebuah perumpamaan yg lain selain dari pada lebah,
atau selain dari para penggarap kebun dan pemiliknya.
Perumpamaan pengantin. Ya,., seperti pasangan pengantin.


Pengantin pria mempunyai sifat demikian pencemburu.
Karena Dia hanya menginginkan cinta sang mempelai wanita hanya kepadanya.
Tak sedikitpun Dia, Mempelai pria, rela sang mempelai wanitanya bermain mata.
Apalagi melakukan perbuatan zina dengan orang lain.


Padahal, ketika mempelai wanita bersedia ijab kabul, rela hidup diatur suaminya,
sang Pengantin pria memberinya hadiah perkawinan yg diinginkan mempelai wanita.
Karena mempelai wanita begitu penuh dengan hasrat dan keinginan duniawi,
Pengantin pria tahu itu. Maka Dia pun memberikannya kebun yg baik,
Sebagai mahar dari perkawinan dan kesetiaan mempelai,
Yg subur lagi indah, yg mengalir dibawahnya sungai2,
Yg memberikan kemakmuran dan kehidupan sempurna.


Pengantin pria telah membantunya menenggelamkan gunung2.
Pengantin membuat Mempelainya pintar, hingga menundukkan binatang2.
Mempelai wanita adalah sebagai Wakilnya untuk berbicara dengan binatang2 itu.
Mempelai wanita, diberikan wewenang untuk mengurus kebun itu.
Itulah hadiah perkawinan yg dijanjikan sang Pengantin kepada mempelainya.
Dan Janji itu akan ditepatinya apabila saja sang mempelai bersedia mengabdi
sebagai isteri yg setia. Mencintai dan bersedia hidup dibawah aturan suami.


Tidak semua orang bisa menjadi mempelai wanita,
karena mempelai wanita adalah pilihan sang Pengantin Pria,
yakni orang2 yg bersedia berjanji setia, hidup hanya dengan aturan dan ketetapan suaminya.


Mempelai wanita adalah orang2 yg bersedia menikah dengan sang Pengantin.
Dan tidak semua orang bersedia menikah dengan sang Pengantin.


Karena kebanyakan orang tidak ingin terikat kewajiban.
Kebanyakan orang takut untuk berjanji setia kepada sang Pengantin.
Orang banyak yg takut untuk bersumpah setia,
khawatir nantinya tak sanggup setia dengan aturan yg ditetapkan sang Pengantin.
Karena dihati mereka ada penyakit, sehingga cinta mereka hanya dimulut,
dan kata2 sayang mereka yg sendu merayu, hanyalah kebohongan.


Mereka hanya menginginkan kebun2 yg indah, namun enggan untuk setia.
Jangankan perkawinan dan ijab kabul, arti kesetiaanpun mereka tak mengerti.
Sang Pengantin lebih sebagai kekasih ketimbang suami.
Mereka ber-teriak2 memuji nama sang Pengantin.
Bahkan mereka berpakaian putih bersih bak pakaian suci pernikahan.
Padahal, tak ada pengabdian – kecuali permintaan hidup makmur dikebun dunia.
Tak ada kesetiaan – melainkan hanya pengharapan hidup subur dikebun akhirat.
Dan tak ada sumpah janji untuk setia hidup dengan aturannya –
kecuali kata2 sayang dan puji2an yg diucap ber-ulang2 bagai rayuan.
Orang seperti ini bukanlah pasangan yg pantas untuk Pengantin pria.
Dan mereka bukanlah orang yg pantas mendapatkan hadiah kebun2 itu.


Sedang orang2 yg siap mengikat janji, mengerti benar bahwa ia akan terikat.
Bahwa ia akan menjadi mempelai wanita.
Bahwa ia akan hidup tunduk patuh pada aturan sang suami sebagai pengaturnya,
Dan bersedia hidup mengabdi kepada suaminya.
Bukan mempelai wanita namanya jika tak pernah bersumpah setia.
Juga bukan mempelai namanya jika tak mau hidup diatur oleh Pengantin pria.
Karena setiap pernikahan, mesti ada sumpah dan janji setia.
Mustahil ada pernikahan tanpa ijab kabul.


Ada janji yg tegas dari Sang Pengantin bagi mempelai, bahwa Dia akan menjadikannya
berkuasa atas bangsa2, jika sang mempelai dapat membuktikan kesetiaanya.
Itulah hadiah perkawinan yg tulus dari sang Pengantin pria.


Namun begitulah rupanya mempelai wanita.
Dalam sejarah, selalu saja ada batas setia.
Loyalitas sang mempelai hanya beberapa abad saja.
Meskipun mempelai wanita telah berkuasa atas bangsa2, namun selebihnya,
mereka bermain mata. Hingga akhirnya sang wanita tergoda iblis,
merekapun makan dari pohon yg salah itu. Pohon yg ditanam bangsa2.


Begitulah ceritanya hingga sang Pengantin tidak sudi lagi kepada mempelainya
dikarenakan mereka tak setia dengan berzina kepada bangsa2.
Dicampakkannya sang mempelai dikarenakan cinta dan kasih sayangnya yg palsu.
Tak ada lagi mempelai wanita lama.
Yg ada hanya budak bangsa2.


Sang Pengantin, akan mencari mempelai wanita yg baru,
bukan mereka yg mengobral rayuan, atau yg rajin mengucapkan cinta.
Atau mereka yg egois dan penuh tuntutan2, yg selalu mengharapkan panen,
yg selalu memohon buah2an dan isi kebun untuk menolong mereka dari kelaparan.
Atau mereka yg tidak tahu hakikat perkawinan dan arti kesetiaan.


Melainkan mereka yg siap untuk hidup setia menurut aturannya.
Yg ikhlas penuh pengabdian, dan yg siap diikat oleh suatu ikatan yg kuat,
ikatan saling berjanji setia, bagaikan ikatan tali perkawinan.


Demikianlah perumpamaan untuk orang2 yg mau berfikir.


Salam
aca
www.sistemintegral.blogspot.com

2 komentar:

DJ. Hadi mengatakan...

Sangat sedikit sekali orang-orang yang mengerti akan artikel unik ini ( Sang Pengantin ). Orang-orang yang mengerti adalah orang yang berfikir ( Ulil Albab ) sekaligus orang yang dikhendaki-Nya.

andrycahya mengatakan...

Yes Joe,.,
Diantara orang yg mengerti perumpamaan dan yg tidak, akan ada dinding yg membatasi (hijaban Masturo). Itulah cara sang Pengantin melindungi peraturan2nya agar tidak dimusnahkan oleh bangsa2 di dunia. Yang dapat mengerti hanya para mempelai wanita, dan orang2 yg dipilih oleh sang Pengantin, yakni orang yg berani hidup ikhlas menjadi istri pengabdi, isteri yg berbakti kepada suaminya. Itulah orang2 yg dipilih sang Pengantin.
salam/aca