Jumat, 30 Januari 2009

Perjanjian Baru yg baru (920)

Dear Bloggers,


Sebelum baca ini, ada baiknya membuka referensi postingan Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Perjanjian Aqobah di postingan 2008. Kalau sudah, kita bisa melanjutkan ke bab ini. Perjanjian Baru yg baru.


Ada seorang teman menanyakan apakah Perjanjian Baru atau Alkitab yg bnisa kita dapat di Gramedia adalah Injil yg asli yg dimaksud oleh Al-Qur’an? Apakah kita bisa mengutip Perjanjian Baru sebagai referensi?


Baiklah, mari kita menengok sejarah yg terkenal, yakni sejarahnya Constantine, seorang Kaisar Rhoma yg legendaris. Kenapa ia menjadi legenda? Karena ia telah membuat suatu peristiwa yg terkenal, peristiwa Nicea di tahun 325 atau Concili Nicea 325. Pada saat itu terjadi musyawarah besar2an antara para Ahli Kitab dari berbagai kalangan di Rhoma. Tujuannya adalah Konvergensi (penyatuan atau penggabungan). Istilah lainnya adalah Sinkretisme. Konvergensi atai Sinkretisme ini adalah dalam rangka mengakomodir berbagai kalangan.


Pada saat itu ada berbagai kalangan yg timbul, kalangan2 dari ajaran Jesus (Nabi Isa) yg sudah berpecah belah menjadi berbagai golongan dengan jumlah Injil2nya yg berbagai macam (mencapai ratusan versi), dan kalangan pagan (sisa zoroaster dan kaum klenik-mistics penyembah dewa matahari). Disebabkan sudah ratusan tahun jaraknya dari kelahiran Jesus (dalam sejarah Kontemporer) hanya 325 tahun – dugaan kami lebih dari 1000 tahun, Kalangan ajaran Jesus pun berbagai macam ragamnya. Ya seperti ajaran Muhammad yg sekarang, warnanya seperti pelangi.


Ada yg melankolis (moderat nyantai), ada yg ke-pagan2an alias campur sama ajaran klenik, ada yg campur dengan adat dan budaya setempat. Namun ada juga kaum Esenes yg pejuang yg memahami ajaran Jesus murni sebagai sebuah ajaran untuk menegakkan hukum, bukan agama. Kaum Esenes inilah yg kemudian di-kejar2 oleh Rhoma dan di basmi. Kalangan lain yg moderat tidak dibasmi kaena tidak membahayakan keberadaan keKaisaran Rhoma.


Constantine seorang jenius dalam bidang politik. Ia tahu benar bahwa golongan2 yg bermacam2 ini mesti di akimodir, karen saat itu sudah mulai banyak gerakan2 pemberointakan yg merongrong Rhoma dengan azas ajaran Jesus. Kemudian ia membuat sebuah Musyawarah besar2an yg melibatkan banyak pemuka agama (sebuah sumber menyebutkan jumlah 400 orang Ahli agama). Mereka berkumpul untuk merumuskan sebuah Konsensus kepercayaan, Injil mana dari ratusan Injil yg seharusnya menjadi acuan dan merumuskan sebuah kebenaran baru yg bisa diterima bagi semua. Tentunya sebelum consili/musyawarah, ia telah mengatur segalanya agar hasil dari Musyawarah menguntungkan kekaisaran Rhoma.


Akhirnya, entah bagaimana, disyahkannya sebuah injil resmi kekaisaran Rhoma. Namun seskipun Injil resmi, tetap mengandung beberapa versi (Markus, Mathius, Lukas, Yohanes, Petrus, Yudas). Kesemua Injil itu sepertinya sejalan, yakni merujuk kepada Jesus sebagai manusia extra ordinari, bukan manusia biasa, anak Tuhan dalam arti jasad (anak darah dan daging). Ayat2nya sedikit ada yg dibelokan, namun tidak semua.


Disinilah kejeniusan Constantine karena pembelokannya hanya pada ayat2 yg kritis yakni ayat2 perjuangan maupun hukum. Semua ajaran yg menyangkut ayat2 hukum dan perjuangan berhasil ditiadakan, dan semua ayat2 Jesus sebagai manusia sakti dibiarkan, karena dianggap justru menguntungkan, menjauhkan orang dari pengertian hukum dan membuat orang berorientasi kepada aliansi moderat. Padahal, ayat2 Jesus sebagai manusia sakti adalah ayat2 perumpamaan.


Demikian juga dengan keberhasilannya menggabungkannya dengan kaum pagan. Tgl 25 dijadikan hari raya besar Rhoma, hari Natal (kelahiran). Bagi kaum ajaran Jesus, ditetapkan sebagai hari kelahiran Jesus. Sedangkan orang pagan sendir sudah mengetahui bahwa tgl 25 adalah kelahiran Dewa Mythras, anak dewa matahari. Sehingga timbul sebuah animo dikalangan pagan bahwa Jesus itu sendiri adalah anak Dewa matahari. Jika anda lihat lukisan Jesus di salib, anda akan melihat ada gambar matahari besar dibelakangnya. Inilah keberhasilan Sinkretisme itu dalam bentuk seni lukis.


Setelah Musyawarah besar itu, Jesus resmi menjadi Tuhan, bahkan titisan dari Tuhan itu sendiri dalam bentuk darah dan daging, sedangkan ajaran Jesus dari aliran lain yg tidak setuju dengan injil yg diresmikan Kerajaan menjadi gerombolan yg diberantas.


Bloggers, anda bisa tanyakan kepada Pendeta senior tentang Concili Nicea. Sebuah sejarah kelahiran Injil yg sekarang dan kelahiran Jesus sebagai Tuhan. Namun yg paling jelas menjadi catatan adalah bagaimana seorang manusia bisa membelokan sebuah ajaran yg tadinya mengancam keberadaan kekaisaran menjadi ajaran resmi Kerajaan. Pendeta manapun pasti menjawabnya dengan ter-gagap2. Saya sudah membuktikannya.


Bagaimana dengan ayat2 perumpamaan. Jawabnya Allah selalu memeliharanya. Demikianlah Allah memelihara kalimatnya. Nur atau cahaya Allah senantiasa di upayakan redup oleh mereka, tetapi Allah senantiasa menjaganya sampai kepada utusan yg berikutnya yakni Muhammad.


(QS 61:8) Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya."


Tetapi Allah menjaganya, memeilharanya, dan menyempurnakannya melalu ayat2 perumpamaan. Tidak semua bisa mengerti ayat2 perumpamaan yg ada dalam Alkitab (yg seperti kita lihat di Gramedia) karena Jika mereka mengerti, niscaya Alkitab akan mereka punahkan. Contantin dan para Ahli agama (dulu maupun sekarang) tidak akan pernah mengerti. Ia menganggap ayat itu tak membahayakan kekaisaran.


Bani Kedar, dapat mengerti ayat2 perumpamaan didalam Alkitab itu hingga Pendeta Bakhira dan Pendeta Waraqah bin Naufal (paman dari isterinya Khadijah) mengajarkan Muhammad perihal ayat2 itu. Inilah yg menyebabkan Muhammad dianggap oleh orang Nasrani sebagai agama Nasrani yg menyimpang (sekte yg menyimpang).


Demikianlah cara Allah memelihara cahayaNya.

(QS 24:35) Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)nya, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.


Salam
aca

Tidak ada komentar: